Monday, May 26, 2008

Sepucuk Surat Matahari Terbit

ini adalah sepucuk surat surat
yang kutulis dan kukirimkan kepadamu
saat tak ada kata sapa
saat hari-hari terasa hampa
saat galau hati tak ada tempat berbagi
saat hati gelisah
tanpa ada tempat meruah

ini adalah sepucuk surat
yang kutulis dan kukirimkan kepadamu
ketika hari beranjak terang
dan tanpa peduli apakah kau kan
menyapa atau tetap diam
di tiap perjumpaan
ketika matahari terbit di fajar ini

Jepara, 5 juli 2006

Pilkada, Jangan Kehilangan Hati Nurani

Tahun 2008 menjadi momentum penting bagi warga Kudus. Penting karena pada tahun ini Kabupaten Kudus akan melewati dua tahapan pemilihan kepala daerah atau yang sering disebut dengan Pilkada. Pada tahap pertama Kudus akan melaksanakan pilkada bupati dan wakil bupati yang selanjutnya akan disusul dengan pilkada gubernur dan wakil gubernur. Kita ketahui sebagai negara yang menganut faham demokrasi—sebagaimana pemilihan presiden—maka proses pilkada merupakan sebuah keharusan yang mesti dilaksanakan. Utamanya setelah ditetapkannya proses pemilihan kepala daerah secara langsung.

Sejak memasuki awal tahun ini geliat perhelatan politik tingkat kabupaten ini semakin menghangat. Terbukti dengan terpampangnya berbagai gambar sosok kandidat baik calon bupati maupun wakil bupati. Ada banyak sekali bakal calon yang turut meramaikan menjelang pilkada ini. Bahkan ketika mereka belum pasti untuk menjadi salah satu calon Bupati dan Wakil Bupati. Belum pasti karena mereka belum mendapatkan dukungan dari partai politik sebagai salah satu syarat untuk mengikuti pergulatan pilkada.

Memasuki bulan maret KPU Daerah telah menetapkan sejumlah empat pasangan calon bupati dan wakil bupati. Tentunya dengan berbagai persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan juga adanya dukungan dari partai politik di DPRD. Sehingga tentunya suhu politik akan semakin meningkat. Terbukti dengan semakin banyaknya gambar pasangan calon bupati dan wakil bupati yang jelas akan bertarung dalam pergulatan ini, meskipun masa kampanye belum dimulai.

Hal ini bukanlah sesuatu yang aneh bagi sebuah negara demokrasi. Namun ada satu yang sedikit dilupakan oleh masyarakat. Masyarakat dirasa kurang kritis dalam menanggapi setiap tahapan yang ada dalam proses pilkada. Atau bahkan sebagian masyarakat masih ada yang tidak kenal dengan calon Bupati dan Wakil Bupati yang ada. Mahasiswa sebagai salah satu elemen masyarakat juga kelihatan mulai kehilangan sikap dan daya kritisnya atas hal tersebut.

Jika dicermati secara lebih dalam, maka akan kita ketahui bagaimana sikap dan pola pergerakan mahasiswa sekarang. Mahasiswa yang dulunya diharapkan sebagai salah satu agent of the change yang paling independen. Dalam perkembangannya mereka semakin kehilangan ruh kepedulian sosial. Sehingga mahasiswa sekarang lebih cenderung mengutamakan kepentingan pribadinya atau kepentingan-kepentingan golongan mereka sendiri.waalaikum salam

Semakin dekatnya kita dengan proses demokrasi tersebut, mestinya kita benar-benar mengetahui dan mengenal apa dan siapa calon bupati dan wakil bupati. Sehingga nantinya kita dapat memberikan dukungan suara kita pada calon yang tepat dan tidak salah sasaran. Utamanya kita dapat memberikan dukungan kepada calon sebagaimana hati nurani kita. Bagaimanakah kriteria seorang pemimpin yang baik, yang akan menjadi pemimpin kita. Seperti yang kita ketahui, barang siapa yang salah dalam memilih seorang pemimpin, maka dia telah turut menghancurkan suatu negara. Demikian juga dengan proses pemilihan seorang kepala daerah. Jangan sampai kita salah dalam menentukan pilihan pada proses pilkada kali ini.

Sikap kritis kita tidak hanya berhenti pada proses pemilihan bupati dan wakil bupati kali ini saja. Namun harus tetap kita pertahan hingga pada tahapan pemilihan gubernur dan wakil gubernur yang juga akan dilaksanakan tahun ini. Dengan kedekatan pelaksanaan dua pemilihan kepala daerah ini semoga akan menjadikan kita sebagai seorang pemilih yang lebih dewasa dan sadar politik. Meskipun kita tidak perlu menjadi seorang politikus. Semoga saja.