bulan sabit berwarna putih
dengan bintang-bintang bertaburan di sekelilingnya
aku ketuk pintu kayu yang mulai ringkih
dengan ucapan salam menyelingi ketukannya
tok tok tok
assalamu’alaikum,
di jeda waktu itu,
keheningan mencekamku
beberapa serangga malam
ternyata masih mendapat tempat
untuk bernyanyi
dan selembar daun yang jatuh
menyuarakan langkah kaki tanpa sosoknya
tok tok tok
assalamu’alaikum, mak,
aku menunggu jawaban dari balik pintu tua itu
kayu lapis yang menutupnya dari keroposnya kayu
pun tlah terberai dari lapis demi lapisnya
sepasang itik yang tak masuk ke dalam kandang
mengejutkanku saat mendenguskan nafas dari paruhnya,
pertanda dia mulai terusik dengan kedatanganku itu
langit masih berhiaskan gemintang yang indah
bahkan untuk sekedar dinikmati bersama kesendirian
karena rinduku pun kini tak tau kemana harus menempuh jalannya
hatiku mulai gelisah, karena rinduku selalu menikmati
bulan sabit dan gemintangnya pun dalam kesendirian
tanpa mengerti kapan akan ada waktu untuk menikmatinya bersama
bulan sabit itu masih tetap menyinari kegelapan malam
pun dengan bintang-bintangnya
sebelum ku langkahkan kaki meninggalkan teras itu
ku sempatkan sekali lagi untuk mengetuk pintu itu
tok tok tok
assalamu’alaikum
dan aku langkahkan kaki berbalik arah
meninggalkan depan pintu tua itu
kita tak ditakdirkan untuk bertemu malam ini
dan suatu saat, kita akan bertemu lagi
atas kehendaknya, juga nikmat darinya
dalam kesempatan yang akan lebih indah
sementara kerinduanku, tak lagi mampu
untuk sekedar menghayalkan wajahmu
atau menyimpan bisik suaramu
untuk menjadi penawar rindu
disaat hujan kembali menyegarkan perjalananku
sebelum sampai paraduanku
dimana aku akan menunggumu
dengan segenap cinta dan kerinduanku padamu
Jepara, 16 Juli 2010