Thursday, December 18, 2008

Aku Ingin Peduli

aku tak tau harus bicara apa
aku tak tau, apakah dengan bicara akan menghapus luka
meskipun aku tau apa yang kau alami dan kau rasakan
tapi aku tak bisa bersikap lebih
aku hanya melihat, mungkin hanya tersenyum
saat bertatap mata
karena mungin aku hanya bisa diam
tapi aku mengerti
dan mencoba untuk peduli

jepara, 17 desember '08

Friday, December 05, 2008

>__---***---__<

Senandung hujan menyapa pagiku
Senada lagu rindu yang kudendangkan untukmu
Mengiringi langkah kecil yang sedikit tertatih
Karena aku goyah tentukan langkah…

Jepara, 24 November 2008
06.49

=======================
* lagi, akupun tak sanggup untuk sekedar memberikan judul dalam tulisan ini. ntah karena apa? yang jelas semua terus mengalir seperti waktu hujan pagi itu.

Wednesday, November 19, 2008

Tanpa Judul

malam
dingin berkabut
langit sepi tanpa bintang
hanya rembulan yang tersipu redup setengah wajahnya
aku terdiam dalam galau rindu
tanpa keberanian untuk mengatakannya...

jepara, 8 November '08


sering kali keberanian menghilang saat dibutuhkan.
namun tanpa keberanianpun, rindu itu akan mencari sendiri jalannya untuk menuntaskan rasanya.

Tuesday, November 18, 2008

Karena Kuingin

Purnama terbit tanpa gairah. Meski sudah hampir tengah malam, tapi hangatnya belum juga terasa. Bahkan kabut pun turun sejak senja, selepas hujan yang mengguyur siang hari. Malam semakin beku tanpa kehangatan. Entah mengapa? Semua terasa hambar. Aku sendiri hanya berdiam, tanpa melakukan apa-apa. Semuanya tak menggairahkan untuk beraktifitas. Sekedar imajinasipun tak kunjung melintas di pikiran yang terus galau.

Sejenak kupejamkan mata untuk temukan sesuatu, yang mungkin akan menenangkan jiwa. Namun semua itu tetap tak mampu membantu meringankan pikiranku. Tak ada yang mengisi pikiran ini, selain dirinya. Semua tampak menghilang, saat dia hadir dalam anganku.

Dia bukan bidadari, bukan juga sang putri yang akan menghipnotis setiap laki-laki yang melihatnya. Tapi, kehadirannya telah merubah cara pandang hidupku. Cara pandang tentang cinta yang selama ini kuanggap tlah tiada. Dan kini, dia menghadirkannya untukku. Cara pandang tentang hidup, yang selama ini hanya kukenal hampa, kini kembali berwarna.

Dia bukan permaisuri yang selalu tampil jelita saat mendampingi sang pangeran dalam pesta-pesta kerajaan. Tapi dia punya kecantikan yang tak setiap orang menyadarinya. Dia yang miliki kecantikan jiwa. Kemuliaan jiwa yang masih terus terjaga. Sehingga dia pun mampu menjaga cintanya untuk satu mimpi kebahagiaan. Dan ketika orang yang dicintainya tlah meninggalkannya untuk memilih cinta yang lain. Dia pun tetap menjaga mimpi itu. Tak lain untuk satu bahagia.

Kabut yang turun semakin pekat. Bahkan batu-batu yang berserak di tanah pun tlah basah dibuatnya. Sepi pun kian mencekat. Tak ada lolong anjing, serangga malam pun enggan berderik. Semua seolah mengamini kesedihan dan kegelisahan sang rembulan.

Aku tak bisa menghilangkan bayangnya dari angan ini. Tak bisa, dan juga tak ingin kuhapus semua bayangnya. Ku biarkan semuanya membayangi anganku. Mengikuti setiap tapak langkah yang ku susuri. Karena kuingin, dia yang mendampingi hidupku.

Jepara, 14-18 November ‘08

Saturday, November 15, 2008

Short Massage

09.11.08 20.41
+628529081****
Izinkn qti2pkn hatiQ yg rapuh ni pdM,bgtu brat Bban ni,qtk sggup jk qbrjln sdr.qmhon jgalh hti yg rapuh ni,smai ia dg ksh syg srta do’a2 suciM agar qte2p hidup.

Izinkan kutitipkan hatiku yang rapuh ni padamu, begitu berat beban ni, ku tak sanggup jika kuberjalan sendiri. Kumohon jagalah hati yang rapuh ni, semai ia dengan kasih sayang serta do’a-do’a sucimu agar ku tetap hidup.

Reply
09.11.08 21.34
+628529081****
Brsndarlh d bahuku smpai kau rsakn dmai,saat ku jga hti agr ttp trsnyum tuk ku.Genggam erat jmari hngga kau tmukn ksih& sayng,sprti cinta yg ingin kau dapatkan.

Bersandarlah di bahuku sampai kau rasakan damai, saat ku jaga hati agar tetap tersenyum untukku. Genggam erat jemari hingga kau temukan kasih dan sayang, seperti cinta yang ingin kau dapatkan.



Terkadang kalimat singkat mudah dimengerti, namun suatu saat, satu kata saja sulit dipahami.
Jadilah mudah, agar kita lebih mudah memahami orang lain.

Tuesday, November 11, 2008

Kejutan Hidup

suara adzan baru saja usai menggema di belantara
tapi langit tak seindah biasanya
mendung masih merata hingga batas cakrawala
saat ku hentikan langkah dan kunikmati senja ini
dengan segerombolan walet yang masih melayang kembali pulang
juga kelelawar yang mulai keluar sarang
rindu ini kembali menggelegak dalam dada
mengingat langkah-langkah yang tlah lalu
dan berharap pada masa depan
dengan hidup yang penuh keterkejutan
tak jarang tersentak dengan hidup sendiri
hingga terpana pada apa yang terjadi

Jepara, 12 November ‘08

Wednesday, November 05, 2008

Hidup Adalah Anugrah

Hari ini, sebelum anda berfikir untuk mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan yang tak bisa bicara.

Sebelum mengeluh tentang rasa makanan, pikirkan orang yang tak punya apa pun untuk dimakan.

Hari ini, sebelum berkeluh kesah tentang hidup, pikirkan orang yang terlalu cepat kembali ke alam baka.

Sebelum bertengkar tentang rumah yang kotor, salah satu di antara anda tidak menyapu atau tidak membersihkan rumah, pikirkan orang yang hidup di jalan.

Sebelum mengeluh tentang jarak yang jauh ketika mengemudi, pikirkan orang yang menempuh jarak yang sama dengan jalan kaki.

Jika anda lelah dan mengeluh tentang pekerjaan, pikirkan orang yang menganggur, orang yang cacat dan orang-orang yang mengharap punya pekerjaan.

Ketika pikiran suram membuat anda lesu, coba senyum dan bersyukur kepada Tuhan karena anda masih hidup.

Hidup adalah anugrah. Jalani. Nikmati. Senangkan hati. Dan syukuri.


diambil dari kisah inspirasional Tabloid Aura

Wednesday, August 20, 2008

lomba menulis cerpen

halo-halo ada lomba menulis cerpen nich, ayo sapa aja yg mo ikut silahkan gabung dan kirim karyanya. sapa tau bisa menang. selengkapnya baca di sini atau di sini. hadiahnya gede lho... ayo jangan sampai ketinggalan...

Monday, August 11, 2008

Ingin Kusempurnakan Imanku

"Bagaimana Nore?" Itulah satu pertanyaan yang terus terngiang dalam telinga Nore Jane. Pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang Gus. Pertanyaan dari Gus Muham yang mengajaknya menikah. Dan karena pertanyaan tersebut Nore Jane berhari-hari tak dapat tidur dengan nyenyak.

Memang, Gus Muh adalah anak dari seorang ulama yang cukup ternama di negaranya. Namun dia termasuk satu anak yang berbeda di antara saudara-saudaranya yang lain. Gus Muh tak mau ikut dalam tradisi Islam yang selama ini dianut keluarganya. Meski bukan berarti dia menolak Islam secara keseluruhan. Dia lebih cenderung mengikuti budaya-budaya barat yang glamour.

Dalam hal pendidikan misalnya, Gus Muh tak mau masuk ke pendidikan keagamaan. Dia memilih pendidikan umum dan politik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau bahkan oleh swasta yang beraliran liberal. Sedangkan semua saudaranya menjalani pendidikan di sekolah ataupun kampus yang beradat budaya ketimuran dengan ilmu-ilmu keislaman yang cukup kental. Sehingga dengan sendirinya budaya yang diserap olehnya adalah budaya-budaya barat yang liberal pula. Dan pada akhirnya Gus Muh memutuskan untuk menjadi seorang politikus ketimbang menjadi seorang ulama seperti jejak keluarganya.

Suatu saat Gus Muh bertemu dengan seorang perempuan yang sontak menggetarkan jiwanya. Karena kesibukannya dalam dunia politik, Gus Muh tak sempat memikirkan untuk menikah dan menggenapi separuh agamanya yang mungkin hampir luntur. Ketika itu Gus Muh sedang berjalan-jalan untuk melihat perkembangan pembangunan di kotanya. Selain sebagai kepala pemerintahan dia juga termasuk orang yang mengagumi keindahan kotanya. Sebuah kota yang terletak di lereng pegunungan asri yang sejuk dan dengan tingkat pembangunan cukup maju. Banyak sekali gedung-gedung dibangun guna mendukung kemajuan kota.

Ketika perjalanan Gus Muh sampai di depan sebuah pasar kota, Gus Muh tak bisa menyembunyikan ketertarikannya dengan seorang perempuan yang baru pertama kalinya dia lihat itu. Meski pada awalnya tak mengetahui namanya, namun bagi seorang kepala pemerintahan bukan hal yang sulit untuk sekedar tahu nama dari warganya. Dengan bantuan pejabat bawahannnya dia mendapati bahwa nama perempuan yang menggetarkan jiwanya itu bernama Nore Jane. Dan pada hari-hari berikutnya Gus Muh menjadi sering meluangkan waktu untuk berjalan-jalan dan lewat pasar kota itu.

Nore Jane termasuk seorang muslimah yang cukup jelita. Bahkan bisa disejajarkan dengan model-model ternama di negaranya. Dengan paras wajahnya yang oval, hidungnya yang mancung juga sinar mata yang tajam memberikan pesona tersendiri saat beradu pandang yang pertama kalinya dengan Gus Muh.

Waktu itu Nore Jane baru pulang dari pasar kota. Tempat di mana dia membanting tulang untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.

"Assalamu'alikum…." Gus Muh mencoba menyapa saat berpapasan dengan Nore Jane ketika itu. Dan dengan tatapan penuh penasaran, Nore Jane hanya memandang sesosok yang cukup dikenalnya sebagai kepala pemerintahan dan kini berhadapan dengannya. Pada akhirnya pun dia membalas salam yang baru saja didengarnya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah…." Dengan menundukkan kepalanya dia ucapkan dengan kelembutan suara yang dimilikinya.

Dan setelah pertemuannya dengan Gus Muh itu, entah mengapa pertemuan demi pertemuan terus saja berlanjut dengan Gus Muh. Dari pertemuan yang tidak disengaja, hingga pertemuan yang terkesan direncanakan oleh Gus Muh. Seiring dengan intensitas pertemuan itu, Gus Muh mulai tertarik dengan perempuan yang begitu memikat hatinya. Bahkan dia sendiri tak menyadari dengan siapa dia sedang kasmaran. Gus Muh tak menyadari bahwa perempuan yang memikat hatinya adalah seorang perempuan yang salah.

Sampai akhirnya Gus Muh tak mampu lagi menahan gejolak perasaannya itu. Dalam suatu kesempatan dengan segala keberaniannya Gus Muh mengungkapkan isi hatinya kepada Nore Jane. Tidak tanggung-tanggung karena Gus Muh langsung mengungkapkan keinginannya untuk menikahi Nore. Dan dengan begitu terkejutnya Nore Jane mendengar pengakuan laki-laki yang tak tau diri ini. Terlebih lagi Nore mengetahui bahwa Gus Muh adalah seorang kepala pemerintahan yang juga anak dari seorang ulama besar di kotanya.

Sejak awal Nore sudah mencium gelagat yang tidak baik dari perkenalannya dengan Gus Muh. Namun apa boleh dikata, aktivitas Nore yang berdagang di pasar menjadikan tak bisa menghindari pertemuan demi pertemuan dengan Gus Muh terus terjadi. Hingga akhirnya satu hal yang paling tidak diinginkannya itu terjadi.

Bagi Nore Jane hal ini merupakan sebuah penghinaan yang sangat luar biasa. Kenapa Nore merasa dihinakan, tidak lain karena Nore merasa dia telah gagal dalam menjaga kehormatan dirinya. Terlebih lagi dia gagal menjaga kehormatan keluarganya. Bukan apa-apa, namun saat itu Nore Jane adalah masih menjadi seorang isteri. Ya, meskipun suaminya hanyalah seorang yang tak berdaya untuk melakukan apa-apa. Tetapi Nore Jane termasuk istri yang taat kepada suaminya. Sehingga dalam keadaan apapun suaminya dia tetap mengabdikan diri kepada suaminya.

Nore Jane adalah istri yang cukup setia dari seorang laki-laki yang tak lagi berdaya melakukan apa-apa. Semenjak kecelakaan yang menimpa suaminya, dengan sendirinya Nore menjadi tulang punggung keluarganya. Mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Meskipun dia hidup hanya dengan seorang suaminya seorang. Namun dengan bekal ilmu agama yang telah ditanamkan oleh keluarganya, menjadikan Nore seorang muslimah yang tangguh dalam menghadapi segala ujian. Tidak sedikitpun dia mengeluh dengan apa yang dijalaninya.

Suatu hari sepulang dari pasar, Gus Muh telah menunggunya di jalan depan pasar. Gus Muh bermaksud untuk menanyakan tawarannya kepada Nore Jane tempo hari. Maka dengan segenap kegundahan hatinya Nore Jane mempersilahkan Gus Muh untuk singgah di gubugnya yang sederhana.

Sesampainya di rumah, Nore Jane mempersilahkan Gus Muh masuk dan duduk di ruang tamu yang tak dapat dikatakan lega. Setelah Nore Jane masuk untuk meletakkan segala perlengkapan untuk berdagangnya, dia kembali keluar dengan mendorong seorang laki-laki yang tampak tua dan lemah dengan kursi roda. Guna menjawab rasa penasaranya Gus Muh menanyakan siapa laki-laki yang di kursi roda itu. Dan dengan penuh kesabaran dan ketabahan Nore Jane memperkenalkan suaminya kepada Gus Muh.

"Perkenalkan ini suami saya Tuan, namanya Ibnu Syairozi." Dan dengan keterkejutan yang tak pernah diduganya, sehingga hal itu merubah raut wajah Gus Muh. Setelah kiranya cukup memperkenalkan suaminya kepada Gus Muh, Nore kembali mendorong suaminya ke dalam.

Beberapa saat kemudian Nore Jane kembali ke ruang tamu, Gus Muh kembali memulai percakapan di antara mereka. "Nore, kamu masih muda cantik pula, apa kau tidak malu dengan bersuamikan seorang yang telah tua dan lemah tak berdaya seperti itu? Maaf kalau hal ini menyinggung perasaanmu." Meskipun perlahan suara Gus Muh bagaikan petir dan guntur di siang bolong terdengar di telingan Nore Jane. Sebuah pertanyaan yang juga tak disangka, setelah beberapa hari yang lalu menawarkan sebuah ajakan untuk menikah dengannya. Sehingga sontak membuat Nore Jane memandang Gus Muh dengan penuh penasaran.

"Maksud Tuan ?" Nore Jane balik bertanya kepada Gus Muh yang menurutnya keterlaluan.

"Sekali lagi maaf jika apa yang aku katakan menyinggung perasaanmu. Namun dengan seorang suami yang terlihat tua dan lemah tak berdaya itu, apa engkau tidak malu ? Apa tidak lebih baik jika engkau memohon cerai dengan suamimu dan menikah lagi dengan laki-laki yang lebih baik dari dia ?" Kembali lagi kalimat demi kalimat Gus Muh memporakporandakan emosi Nore Jane. Bahkan kini ada nafsu dalam dirinya yang mendorong untuk melampiaskan kemarahan besar terhadap keturunan ulama besar yang tak tau diri ini. Dengan deru nafas yang semakin berat dan suara yang terbata karena emosi, Nore Jane memberanikan diri untuk bicara.

"Maaf Tuan, apakah menurut Tuan apa yang saya lakukan selama ini tidak baik ? Atau apakah menurut Tuan yang saya lakukan selama ini salah ? Lantas apa maksud Tuan dengan tidak mencabut permintaan Anda terhadap kesediaan saya untuk menikah dengan Tuan ? Apakah Tuan meminta saya untuk bercerai dengan suami saya, lantas mau menikah dengan Tuan itu sebagai sesuatu yang biak ?" Bertubi-tubi kalimat pertanyaan yang ditujukan kembali kepada Gus Muh meluncur dengan tanpa beban dari Nore Jane. Memang dengan kemampuan ilmu agama yang dimilikinya, Nore Jane sedikit menggetarkan pertahanan Gus Muh.

"Malu, malu kata Tuan? Malu dengan apa? Kenapa saya harus malu dengan memiliki suami yang saya sayangi dan cintai? Ingat Tuan, saya ini muslimah. Saya adalah seorang yang beriman." Kini kalimat-kalimat Nore Jane terdengar lebih santun. Karena dia telah mampu menguasai emosinya, sehingga dia tidak lagi dikuasai nafsu amarahnya. Dia terus melanjutkan pembicaraannya.

"Maaf Tuan, saya ini seseorang yang beriman Tuan. Saya ingin melengkapi keimanan saya dengan dua hal. Karena keimanan yang saya pegang ini terdiri dari dua hal itu. Yang pertama adalah syukur. Saya ingin melengkapi keimanan saya dengan bersyukur kepada Allah atas kecantikan yang dikaruniakan kepada saya ini. Karena tidak setiap wanita diberikan anugerah seperti saya. Dan mudah-mudahan dengan ibadah yang saya lakukan selama ini saya mampu membuktikan rasa syukur saya itu."

Gus Muh tak dapat mengungkapkan apa-apa lagi. Karena selama ini tak pernah mempelajari ilmu agama sejauh itu. Selama ini dia hanya mengetahui apa itu politik, apa itu pemerintahan. Karenanya ketika Nore Jane bertutur sedemikian gamblangnya dia tak sanggup untuk menyelanya. Bahkan desah nafasnya pun tak mampu menyela kata-kata Nore Jane.

"Tuan, saya benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan Tuan. Sebagai kepala pemerintahan yang juga anak dari seorang ulama besar di kota ini, semestinya Tuan yang malu dengan kelakuan Tuan ini. Kenapa saya harus merasa malu dengan bersuiamikan seorang yang tak berdaya apa-apa ? Kenapa ?" Nore Jane kembali terbawa emosinya. Namun kini dia malah menitikkan air mata.

"Setelah saya bersyukur kepada Allah atas kecantikan yang dikaruniakan kepada saya, saya ingin melengkapi keimanan saya dengan satu hal lagi. Satu hal itu adalah kesabaran. Saya ingin melengkapi keimanan saya dengan kesabaran itu. Bersabar dalam menjalani kehidupan dengan memiliki suami seperti yang Tuan lihat. Kenapa saya harus malu dengan apa yang diberikan Allah kepada saya. Semestinya Tuan yang merasa malu, malu karena telah berusaha merusak keluarga orang lain. Kenapa tuan tidak malu karena telah meminta saya untuk bercerai dengan suami saya dan menerima ajakan menikah dengan anda? Apakah hal itu tidak membuat tuan lebih malu ketimbang saya?" Kata-kata Nore Jane benar-benar membuat Gus Muh tek dapat berkutik. Terlebih lagi dia tidak dibekali kemampuan ilmu agama yang cukup.

Akhirnya dengan tanpa membantah apa yang disampaikan oleh Nore Jane, Gus Muh mohon permisi kepada Nore Jane. Dengan muka yang hampir-hampir terlipat karena malu yang tak dapat disembunyikannya, Gus Muh pamit dan minta diri. Sambil mengucapkan beribu maaf yang tak dapat diverbalkan, Gus Muh mengucapkan salam. "Maaf jika apa yang saya lakukan telah melukai hati Nyonya. Assalamu'alaikum…." Gus Muh melangkah keluar.

"Wa'alikumsalam warahmatullah…" jawab Nore Jane singkat dan tetap diam ditempatnya semula. Setelah Gus Muham keluar rumah, kemudian Nore Jane bangkit dan menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Setelah itu dia kembali menemui suami tercintanya. Dia menangis dipangkuan suaminya dan dengan terbata-bata dia memohon maaf kepada suaminya atas apa yang telah menimpa keluarganya. Nore Jane benar-benar merasa telah gagal dalam menjaga kehormatan dirinya. Nore Jane merasa gagal dalam menjaga kehormatan keluarganya.


Kudus, 11 Agustus '08

Sunday, August 10, 2008

MASIHKAH ADA NASIONALISME

Memasuki bulan agustus yang kita kenal sebagai bulan kemerdekaan, bulan perjuangan dan bulan proklamasi kemedekaan Republik Indonesia. Karena pada bulan ini bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya dari penjajahan yang berlangsung lebih dari tiga abad. Bulan di mana bangsa Indonesia terbebas dari cengkeraman bangsa lain.

Memasuki bulan agustus yang kita kenal sebagai bulan kemerdekaan, bulan perjuangan dan bulan proklamasi kemedekaan Republik Indonesia. Karena pada bulan ini bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya dari penjajahan yang berlangsung lebih dari tiga abad. Bulan di mana bangsa Indonesia terbebas dari cengkeraman bangsa lain.

Mungkin kita tak tahu bagaimana beratnya perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Namun kita tak boleh melupakan jasa-jasa mereka. Karena tanpa pahlawan tak akan ada bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Dan kini giliran kita untuk mengisi kemerdekaan ini dengan prestasi yang harus kita ukir demi memajukan bangsa dan negara ini.

Seperti biasanya menjelang hari kemerdekaan, setiap warga melakukan persiapan-persiapan guna memperingati hari yang bersejarah tersebut. Mulai dari melakukan kebersihan lingkungan, mengecat pagar rumah sampai memasang bendera juga umbul-umbul. Tidak hanya di perkotaan, peringatan ulang tahun negara ini dilakukan. Namun di desa-desa juga tidak ketinggalan dengan segala kesibukan menyambut kemeriahan dirgahayu Indonesia ini.

Suatu hari seorang bapak sedikit mengeluh ketika sedang mempersiapkan segala keperluan guna menyambut peringatan kemerdekaan kali ini. Beliau menyatakan sebuah ungkapan kemalasannya untuk memasang umbul-umbul. Ternyata hal itu karena tidak adanya perhatian dari warga lain untuk hal tersebut. Memang sebagian besar warga sekarang enggan untuk kembali memperingati hal-hal yang berhubungan dengan negara ini. Mereka enggan untuk memasang bendera tidak hanya pada peringatan hari kemerdekaan, namun juga pada peringatan hari-hari besar kenegaraan yang lain.

Itulah salah satu sisi warna kebernegaraan warga kita. Dan karena itulah banyak kalangan menyatakan bahwa nasionalisme warga negara kita telah luntur. Karena tidak adanya perhatian warga untuk turut memperingati hari-hari besar kenegaraan kita. Namun benarkah apa yang terjadi ini semata-mata lunturnya nasionalisme kita.

Jika kita telusuri lebih dalam, kita akan menemukan sebuah fakta yang sangat jauh berbeda. Karena sekitar lima belas tahu yang lalu, atau lebih tepatnya tiga belas tahun yang lalu tercatat begitu kuatnya rasa nasionalisme yang tertanam dalam diri setiap warga negara. Ya, peringatan kemerdekaan republik ini yang ke lima puluh tahun memberikan sebuah semangat tersendiri bagi mereka.

Pada masa itu terlihat begitu besarnya rasa nasionalisme dalam diri setiap warga negara. Setiap warga berlomba-lomba untuk ikut berpartisipasi dalam memperingati dan memeriahkan hari kemerdekaan yang ke setengah abad itu. Sejak memasuki awal bulan agustus, sudah banyak warga yang melakukan perbaikan-perbaikan di kampung masing-masing. Memasang bendera, umbul-umbul bahkan mereka juga membuat sebuah gapura selamat datang yang cukup megah di pintu masuk desa. Mereka juga mengadakan lomba-lomba antar kampung dalam rang memperingati hari kemerdekaan tersebut. Lalu kenapa hanya dalam waktu yang singkat semua itu dapat berubah. Bahkan dapat dikatakan bahwa rasa nasionalisme kita telah luntur.

Hal ini terbukti dengan adanya keengganan dalam diri mereka untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, pegawai. Bahkan untuk hanya membicarakannya saja mereka tak mau. Ada semacam trauma yang melekat dalam benak mereka dengan keadaan yang sekarang.

Memang sulitnya kondisi ekonomi sekarang menjadi salah satu penyebabnya. Terkait dengan kondisi ekonomi inilah mereka tidak lagi peduli dengan nasionalisme mereka. Apalah artinya peringatan kemerdekaan, jika kita tak dapat bekerja dengan mudah. Terlebih tingginya harga kebutuhan pokok semakin tak teratasi lagi. Mungkin dua hal itulah yang dijadikan alasan oleh mereka, kenapa mereka tak lagi peduli dengan kemerdekaan bangsanya sendiri.

Jika kita bandingkan kondisi sekarang dengan kondisi tiga belas tahun yang lalu, atau tepatnya saat peringatan lima puluh tahun kemerdekaan republik ini. Maka akan kita dapatkan perbedaan-perbedaan yang tak mungkin dapat kita terima. Lihat saja dari sisi ketersediaan kesempatan kerja. Semakin sulitnya kesempatan kerja yang ada sekarang ini cenderung melunturkan rasa nasionalisme mereka. Bahkan ketika kita berbicara mengenai harga-harga kebutuhan hidup. Untuk harga BBM saja, khususnya premium pada waktu itu tidak lebih dari seribu rupiah. Sehingga bisa dikatakan dalam waktu sekitar sepuluh tahun BBM telah mengalami kenaikan harga dengan prosentase enam ratus persen. Sungguh sebuah angka yang sangat fenomenal.

Belum lagi ketika warga harus memenuhi kebutuhan pokok yang lainnya. Pangan utamanya, mereka tak mampu lagi untuk memikirkan apa arti nasionalisme bagi mereka jika harus membeli beras dengan harga yang sangat tinggi. Maka pantaslah jika mereka tak lagi mau mengurusi hal-hal yang bersifat kenegaraan. Karena bagi mereka mempertahankan hidupnya dan juga keluarganya lebih berarti ketimbang memikirkan negara yang semakin tak menentu ini.

Maka jangan salahkan warga yang tak lagi peduli dengan nasionalisme. Karena satu langkah mudah untuk mengembalikan semangat nasionalisme mereka adalah dengan membenahi segala kesulitan-kesulitan yang sudah lebih dari sepuluh tahun terus berkepanjangan hingga sekarang. Berikan kemudahan untuk mencari pekerjaan. Dan jangan lupa untuk memberikan kebutuhan-kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau. Karena dengan kemudahan itu, mereka takkan lagi kesulitan untuk mencari penghidupan bagi keluarganya. Juga terpenuhinya kebutuhan hidup mereka dengan harga-harga yang terjangkau.

Dan bangkitlah semangat Nasionalisme di hari kemerdekaan ini !

Karena dengan bahasa sedikit menggelitik,

Nasionalisme Masih Tertancap Begitu Kuat Dalam Perut Setiap Warga Negara !!!

Friday, July 25, 2008

Lima Ratus Perak Buat Opal

Setiap kali melakukan perjalanan selalu ada banyak kejadian yang aku alami. Dari kabar-kabar ringan, gosip bahkan sampai berita-berita politik yang masih hangat dibicarakan. Tak hanya itu, komentarpun meluncur dari orang-orang yang aku temui. Lalu lalang pedagang asongan pun turut menghiasi lorong-lorong bus setiap kali berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, baik di terminal maupun di halte-halte yang ada. Para pengamen turut juga berkompetisi dalam mencari rizqi-Nya.

Siang yang cukup menyengat. Bahkan kami yang ada dalam bus AC antar kota dalam propinsi masih tetap berkeringat. Terdengar riuh percakapan orang-orang yang ada di dalam bus. Ada yang berbincang dengan orang yang ada di sebelahnya, tak peduli apakah mereka saling kenal atau bahkan tak pernah bertemu sebelumnya. Ada juga yang bergumam karena bus tak segera melanjutkan perjalanan, sedangkan cuaca benar-benar tak bersahabat. Ya, cuaca benar-benar tak bersahabat. Aku sendiri merasakan peluh yang berleleran di punggung dan dada, hingga kemeja yang kukenakan pun basah olehnya.

Kali ini kembali seorang pedagang asongan membagikan jajanan kepada setiap penumpang yang ada dalam bus. Bukan membagikan dengan cuma-cuma. Karena dia juga memberitahukan bahwa bagi yang berminat cukup membayar dengan seribu rupiah saja. Ada banyak cara yang dilakukan oleh pedagang asongan dalam menawarkan dagangannya. Dan itulah salah satu cara yang ditempuh. Tak hanya itu, karena ada juga pedagang yang menjajakan buku-buku kecil. Kamus ringkas bahasa inggris untuk sekolah dasar, juga buku-buku kumpulan aneka resep masakan.

Aku sendiri sedikit heran dengan bus yang aku tumpangi ini. Entah kenapa tak juga melanjutkan perjalanan. Padahal mungkin hampir dua puluh menit bus berhenti pada halte ini. Seiring dengan keherananku dan mulai hilangnya kesabaran yang memang tersisa tinggal sedikit, muncul seorang anak laki-laki dari pintu depan bus.

Dengan menenteng sebuah gitar kecil bersenar tiga, dia masuk dan berdiri di depan penumpang yang duduk di bangku paling depan. Seperti biasa, sedikit basa-basi sebagai kata permisi yang tak terdengar olehku, kemudian mulai memainkan gitarnya. Irama yang dimainkan tak sepenuhnya aku kenal. Entah lagu apa yang sedang dimainkannya. Karena irama yang dihasilkannya pun jelas-jelas sumbang. Karena gitarnya yang senarnya hanya berjumlah tiga, belum tentu juga melodinya diatur dengan baik. Namun meski tanpa kudengar suaranya yang menyanyikan sebuah lagu, lama-kelamaan akhirnya kutemukan juga lagu apa yang sedang di lagukan. Ya, sebuah lagu beraliran campursari berjudul Cucak Rowo, begitu lirih aku dengar. Sebuah lagu yang berisi sindiran kepada orang-orang tua yang menikah dengan anak gadis.

Aku tak peduli dengan lagu apa yang dinyanyikan bocah tersebut. Namun justru yang menarik perhatianku adalah, kenapa bocah ini tak terdengar suaranya olehku. Kenapa juga dia tidak sekolah? Mungkin dia benar-benar merasa haus sekali ketika sedang mengamen dalam bus yang aku ini. Atau mungkin malah dia belum sarapan sejak pagi? Itulah sebuah pertanyaan yang tak kutemukan jawabnya. Dan andai saja dijawab, mungkin, itu salah satu alternatifnya. Namun untuk pertanyaan kenapa dia tidak sekolah? Sedangkan sekarang adalah jam sekolah. Kembali satu tanya yang tak boleh sembarangan untuk memberikan alternatif jawabannya.

Anganku mulai lagi bersenyawa dengan gagasan-gagasan yang sudah pernah tergali dalam diskusi kajian dan belum sempat tertuang ke dalam catatan-catatan. Karena semua yang kualami pagi ini berkait dengan isu sentral yang akan diangkat dalam kajian dan advokasi pada kehidupan anak jalanan. Itulah program yang baru saja digagas dalam rapat koordinasi sebuah lembaga kemahasiswaan yang aku ikuti. Isu yang sangat menarik dan diharapkan akan memberikan kontribusi pada upaya advokasi dan pendampingan anak jalanan.

Begitu asyiknya aku berangan tentang apa yang akan aku tuangkan pada laporanku nanti, sampai-sampai aku tak menyadari ketika anak tersebut meminta uang kepadaku. Tak seperti pengamen-pengamen lain, yang meminta uang dengan sedikit paksaan kepada penumpang yang enggan memberikan uang. Anak itu malah seolah tak berusaha meminta kepada penumpang yang memang tak ingin memberikan uang kepadanya. Dan begitu aku sadar dia sudah tidak ada di depan. Dia telah melewati barisan tempat dudukku. Kulongokkan pandanganku ke belakang, dia telah lewat beberapa baris di belakangku. Terus ku amati, dan entah kenapa tak banyak orang yang memberikan uang receh kepadanya. Begitu dia selesai mengajukan telapak tangannya pada barisan paling belakang, dia segera turun dari bus yang aku tumpangi.

Benar-benar tak habis pikir dengan apa yang baru saja ku lihat. Betapa kecilnya kepedulian orang zaman sekarang. Dengan melihat kesenjangan sosial di hadapannya saja mereka enggan untuk memberikan sesuatu kepada yang berhak. Ah sudahlah, mungkin memang baru itu rizqi untuknya. Tak selang berapa lama akhirnya bus melanjutkan perjalannya. Lalu lintas yang semakin padat, terus diterobos tanpa toleransi kepada kendraaan-kendaraan kecil seperti sepeda motor, bahkan becak dan sepeda ontel. Supir bus terus mengendari dan melajukan bus dengan sedikit tergesa. Entah apa yang hendak dikejarnya.

***

Hari telah berganti, namun rutinitas yang aku jalani masih tetap sama dengan hari-hari sebelumnya. Yaitu menjalani perjalanan untuk sampai ke tempat kuliah. Meski aku sudah kuliah, tapi aku harus tetap pulang ke rumah. Tak diijinkan aku untuk mengambil kos di dekat kampus. Itulah keputusan bapakku. Dan aku tak mungkin membantahnya. Kali ini perjalananku sedikit berbeda. Bukan karena aku memakai sepeda motor atau mungkin mobil, karena itu jelas tidak mungkin. Tapi hanya karena bus yang aku tumpangi sedikit berbeda dengan bus yang aku tumpangi kemarin.

Memang armada bus yang sekarang berbeda dengan armada bus yang kemarin. Dan ini lebih dibuktikan dengan perjalanan yang lebih cepat. Meski tetap saja selalu berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, setiap kali sampai di terminal atau halte pemberhentian bus. Dan lalu lalang pedagang asongan juga para pengamen masih menghiasi setiap perjalanan bus antar kota dalam propinsi yang melintas. Meski bagaimanapun juga akhirnya perjalanan terasa lebih cepat.

Pada kesempatan ini entah kenapa aku ingin sekali membaca berita-berita yang ada di koran. Dan akhirnya aku putuskan untuk membeli sebuah koran harian lokal yang terbit di wilayah kampusku berada. Kususuri setiap jengkal halaman dengan membaca secara singkat berita-berita yanga ada. Mulai dari haedline yang berisi berita politik seputar pilkada dan segala sesuatu yang turut meramaikannya, sampai berita-berita ringan yang disajikan koran tersebut.

Namun baru sampai pada halaman kedua, disuguhkan sebuah berita yang cukup menarik perhatianku. Tak biasanya aku tertarik untuk membaca berita kriminal. Dan kali ini aku benar-benar ingin membaca sebuah berita dengan judul Seorang Bocah Ditemukan Tak Bernyawa di Belakang Kios Terminal. Aku benar-benar tak bisa menyembunyikan keterkejutanku kali ini. Karena begitu aku mencermati foto yang ada dalam koran tersebut, ternyata korban yang ditemukan tersebut adalah bocah yang mengamen dalam bus yang aku tumpangi kemarin.

Terus kususuri kata demi kata yang ada dalam berita itu. Akhirnya kutemukan juga apa penyebab kejadian tersebut. Dalam berita disampaikan bahwa bocah yang diketahui bernama Nouval yang sering dipanggil Opal, dan berusia sebelas tahun itu, meninggal karena kekerasan yang dilakukan oleh seorang preman yang berkuasa di terminal kota tersebut. Belakangan diketahui bahwa setiap anak jalanan yang mengasong dan mengamen harus menyetor sejumlah uang kepada preman tersebut setiap hari. Dan pada hari nahas itu Opal tak bisa memenuhi permintaan kepala preman tersebut. Tak lain adalah karena pada waktu itu Opal tak banyak mengumpulkan uang. Bahkan untuk makan sehari saja tak cukup. Akhirnya dia dihajar oleh preman terminal yang terkenal sadis itu.

Benar-benar yang tak bisa aku terima dengan akal sehatku. Karena rasanya baru saja aku bertemu dengannya dan mendengarkan genjrengan gitarnya yang terdengar sumbang. Dan semua itu adalah kejadian kemarin. Kemarin ketika Nouval atau Opal mengamen dalam bus yang aku tumpangi dan aku tak memberikannya uang. Kemarin ketika aku berangan tentang kenapa dia tidak sekolah, tentang kenapa suaranya begitu lirih dan tak terdengar.

Itulah kejadian kemarin yang tak mungkin akan kembali lagi. Andaikan saja kemarin aku turut memberikan uang kepadanya, lima ratus perak saja, mungkin saja ceritanya akan berbeda dengan apa yang aku herankan sekarang. Atau andaikan saja kemarin aku memberikan minuman bekalku yang selalu kubawa dalam tasku, mungkin dia akan mengamen dengan suara lebih keras dan mungkin juga, akan memperoleh uang lebih banyak lagi. Andaikan saja. Andaikan saja semua itu aku lakukan kemarin. Tapi semuanya sudah berlalu. Opal pun sudah tiada, meninggal dalam upaya mempertahankan hidupnya. Opal yang hidupnya lebih mulia dibandingkan dengan pejabat yang suka memakan yang bukan haknya. Opal yang lebih mulia dari pemimpin yang lupa dengan rakyatnya.

Kututup koran yang ada di tanganku, aku kembali mengevaluasi diri sendiri. Betapa diri ini masih begitu sombong dengan keadaan di sekitarku. Aku yang masih begitu angkuh dengan kenyataan sosial yang benar-benar ada di hadapanku. Aku yang begitu angkuh dengan tak memberikan sedikit uang untuk anak yang sedang berjuang mempertahankan hidup. Dan dari sana membangkitkan semangat dalam diri sendiri untuk tidak lagi sombong dengan orang yang di bawah kita. semangat untuk merubah diri agar tidak lagi angkuh dengan orang-orang yang secara sosial dan ekonomi tak seberuntung seperti kita.

Dengan memejamkan mata seraya berdoa untuk Opal alias Nouval yang semoga syahid dalam mempertahankan hidupnya. Yang dengan semangatnya ada seberkas cita-cita untuk masa depan dan kehidupan yang lebih baik.

***

Kudus, 20 Juni 2008

Friday, July 11, 2008

MENCINTAI

Sangatlah menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya

Tetapi lebih indah untuk mencintai dan tidak pernah menemukan keberanian untuk memberitahu apa yang kamu rasakan.

Hanya perlu satu menit untuk menghancurkan seseorang,

satu jam untuk menyukai seseorang,

satu hari untuk mencintai seseorang,

tetapi membutuhkan seumur hidup untuk melupakan seseorang

Mungkin tuhan menginginkan kita untuk bertemu

dengan orang yang tepat sebelum bertemu.

Jadi ketika kita akhirnya bertemu dengan orang yang tepat,

kita akan tahu betapa berharganya anugrah tersebut.


Cinta adalah ketika kamu membawa perasaan,

kesabaran dan romantis dalam suatu hubungan dan

menemukan bahwa kamu peduli dengan dia.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu

bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu.

Hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti

dan kamu harus membiarkannya pergi.


Ketika pintu kebahagiaan tertutup, yang lain terbuka,

Tetapi kadang-kadang kita menatap terlalu lama

pada pintu yang telah tertutup itu sehingga kita tidak

melihat pintu lain yang telah terbuka untuk kita


Teman yang terbaik adalah teman dimana kamu dapat

duduk bersamanya dan merasa terbuai, dan tidak pernah

mangatakan apa-apa dan kemudian berjalan bersama.

Perasaan seperti itu adalah percakapan termanis yang pernah kamu rasakan.


Memberikan seseorang semua cintamu tidak pernah

manjamin bahwa mereka akan mencintai kamu juga!!!

Jangan mengharapkan cinta sebagai balasan,

tunggulah sampai itu tumbuh di dalam hati mereka.

Tetapi jika tidak, pastikan dia tumbuh di dalam hatimu


Jangan pernah berkata selamat tinggal,

jika kamu masih ingin mencoba.

Jangan pernah berkata kamu tidak mencintai orang itu lagi bila kamu tidak bisa membiarkannya pergi.


Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai

harapan walaupun mereka telah dikecewakan.

Kepada mereka yang masih percaya,

walaupun mereka telah dikhianati.

Kepada mereka yang masih ingin mencintai,

walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan

kepada mereka yang mempunyai keberanian dan

keyakinan untuk membangun kembali kepercayaan.


Jangan melihat dari wajah, itu bisa menipu,

Jangan melihat kekayaan, itu bisa menghilang.

Datanglah kepada seseorang yang dapat membuatmu

tersenyum karena sebuah senyuman

dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah,

Berharaplah kamu dapat menemukan

seseorang yang dapat membuatmu tersenyum.


Ada saat di dalam kehidupanmu dimana

Kamu sangat merindukan seseorang,

kamu ingin mengambil mereka dari mimpimu

dan benar-benar memeluk dia.

pergilah kemana kamu ingin pergi,

jadilah sesuai dengan keinginan kamu,

karena kamu hanya hidup sekali dan satu kesempatan

untuk melakukan apa yang kamu inginkan.


Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk

membuat kamu bahagia, cukup cobaan untuk

membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk

membuat kamu menjadi manusia yang sesungguhnya,

dan cukup harapan untuk membuat kamu bahagia.


Selalu letakkan dirimu pada posisi orang lain.

Jika kamu merasa bahwa itu menyakitkan kamu,

sebab mungkin itu menyakitkan orang itu juga.

Kata-kata yang ceroboh dapat mengakibatkan

perselisihan, kata-kata yang kasar dapat membuat celaka,

kata-kata yang tepat waktu dapat mengurangi

ketegangan, dan kata-kata cinta dapat menyembuhkan.


Permulaan cinta adalah dengan membiarkan orang

yang kita cintai menjadi dirinya sendiri dan

tidak membentuk mereka menjadi sesuai keinginan kita.

Dengan kata lain kita mencintai bayangan kita pada diri mereka.


Orang yang bahagia tidak perlu memiliki

yang terbaik dari segala hal.

Mereka hanya membuat segala hal yang

datang dalam hidup mereka.

Kebahagiaan adalah bohong bagi mereka yang menangis,

mereka yang terluka, mereka yang mencari,

mereka yang mencoba.


Mereka hanya bisa menghargai orang-orang yang

penting yang telah menyentuh hidup mereka.

Cinta mulai dengan senyuman, tumbuh dengan ciuman

dan berakhir dengan air mata.

Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu

yang telah dilupakan


Kamu tidak dapat melangkah dengan baik dalam

kehidupan kamu sampai kamu melupakan

kegagalan kamu dan rasa sakit hati

Ketika kamu lahir, kamu manangis

dan semua orang di sekeliling kamu tersenyum

Hiduplah dengan hidupmu, jadi ketika kamu meninggal,

kamu satu-satunya yang tersenyum dan semua orang di sekeliling kamu menangis.

karena kamu begitu berharga bagi orang di sekeliling kamu,

tunjukkanlah cinta dari hatimu dan biarkan sekeliling kamu menyadari bahwa mereka

berarti buat dirimu dan kamu berarti buat diri mereka


Kadang-kadang keinginan menjadi kenyataan

justru ketika seseorang tak lagi mengharapkannya.

Waktu bergulir, dan keinginanpun,

Kendati tadinya berapi-api, padam

Lantas tiba-tiba muncullah saat yang tepat (asyrafas saah)

Dan orang paham bahwa terpenuhinya harapan punya waktunya sendiri,

Sunday, June 29, 2008

Orang-Orang Malam

Inikah kehidupan orang-orang malam
Ada penjaga warung kopi yang kelilingi pembeli yang menghabiskan waktu sepanjang malam.
Ada orang yang sengaja sekedar mencari teman bicara untuk melewati malam dengan secangkir kopi dan sebungkus rokok kretek yang terus dihisapnya batang demi batang.
Ada juga orang yang baru pulang dari tempat kerja. Entah karena lembur, atau memang waktu kerja malam hari.
Waktu terus bergulir, detik demi detik silih berganti seiring temurunnya embun malam yang basahi rerumputan.
Ada satu orang yang hanya berdiam sembari menghisap sebatang rokok. Entah apa sebenarnya yang ditunggunya. Menunggu purnama? Ah, aku rasa tidak. Karena bulan baru separuh memancarkan sinar lembutnya. Bahkan sekarang dia mulai bersembunyi di balik awan.
Di sela lalu-lalang kendaraan yang sesekali melintas, masih ada sepasang suami istri yang menghabiskan malam ini dengan saling berbicara di bawah cemara taman kota.
Inikah kehidupan orang-orang malam di pusat kota. Hingga masih ada sebagian anak-anak yang bermain sepak bola di tengah lapangan alun-alun kota.
Ya, inilah kehidupan orang-orang malam
Di pusat kota, saat langit kelam, bintang malam tenggelam di balik awan, jga rembulan menjelang purnama yang masih setia menerangi malam suram kelam.

Taman alun-alun kota
Menjelang tengah malam

SMS

26 Juni 2008 00.01 am.
Jngn ktkn Q cnt pdmu bl kau t bnr2 pduli,jngn bcrkn soal prs'an2 bl tu t bnr2 ad,jngn kau sntuh hdp ssorg bl kau brniat mmtahkn hti,jngn mntp ke dlm mata bl ap yg kau krjkan cm brbohong, hal trkjm yg bs dilakukn ialah mmbuat sorg jtuh cnt,pdhl kau t brniat sm sX,"tuk mnrimany sa'at dia trjatuh..."H@ppY Birthd@q"


-------------------------------------------------------

jangan katakan aku cinta padamu bila kau tak benar-benar peduli jangan bicarakan soal perasaan-perasaan bila itu tak benar-benar ada jangan kau sentuh hidup seseorang bila kau berniat mematahkan hati jangan menatap ke dalam mata bila apa yang kau kerjakan cuma berbohong hal terkejam yang bisa dilakukan ialah membuat seseorang jatuh cinta padahal kau tak berniat sama sekali tuk menerimanya saat dia terjatuh... "H@ppy Birthd@q"

Bukan hanya lidah yang lebih tajam dari pada pedang. Karena kalimat-kalimat di atas terasa lebih dalam menyayat perasaan. Entah, apakah diri ini yang terlalu sensi karena suatu hal. Satu hal yang pling menyakitkan adalah bila kita dituduh melakukan sesuatu, padahal kita tak pernah merasa melakukannya.

Menyakiti perempuan adalah satu hal yang paling aku takutkan. Karena perempuan selayaknya dicintai, bukannya disakiti. Dalam hal ini, mungkin akan ada sebagian yang menyangka bahwa kebanyakan cowok cenderung menyakiti perempuan. Entah itu dengan membohonginya, "menyelingkuhinya" atau bahkan memutuskannya ketika mereka tak lagi dapat bersama-sama. Tidak hanya dalam "pacaran", tapi juga dalam setiap sisi kehidupan yang memungkinkan seorang laki-laki menjalin hubungan (pertemanan, persahabatan, perdagangan [bisnis], atau bahkan pernikahan) dengan perempuan.

Setidaknya setiap mereka mempunyai komitmen untuk saling berbagi dalam menjalani segala sesuatunya. Suka, duka, bahagia, nestapa dan segala yang mungkin akan dirasakan dalam kehidupan ini.

Sesungguhnya ini adalah sebuah pesan singkat (sms). Sebuah pesan yang tak pernah terfikirkan sebelumnya. Karena menyakiti perempuan adalah pantangan bagiku. Hingga setelah menerima sms tersebut aku benar-benar berfikir jauh, kenapa sampai ada pesan yang demikian terkirim kepadaku. Apakah mungkin aku tlah menyakiti seserang yang yang tak kusengaja, juga tak kusadari. Namun jika itu yang terjadi, maka maaf adalah kalimat terindah yang akan menyatukan kita kembali. Dari teman menjadi teman, dari sahabat kembali menjadi sahabat dan dari saudara kembali menjadi saudara.... Semoga.....

"Tak ada kata yang mampu mengalahkan kedahsyatan ungkapan maaf"


Tuesday, June 17, 2008

Kerinduan Pada Senja

Dengan sisa-sisa daya yang tak seberapa lagi, Roy menjatuhkan badannya di sofa yang berada di teras samping rumahnya. Dari raut wajahnya tampak ada berjuta masalah yang dibawanya pulang dari kantor tempat dia bekerja. Wajah itu tak seceria hari-hari biasanya. Kini Roy mencoba memejamklan matanya untuk sekedar meringankan beban itu. Namun begitu ia membuka mata, masalah-masalah itu kembali menggelayuti pikirannya.

Ada gumpalan mega-mega putih berarak menghiasi langit di sebelah timur. Angin berdesir menyapu wajah Roy dan menyibakkan rambutnya yang tergerai ke dahinya. Ternyata hembusan lembut angin itu cukup memberikan spirit yang memenuhi jiwanya.

Kembali ada kekuatan dalam dirinya. Meski rasa itu tlah dilupakannya sejak lama, Roy tetap tak bisa mengacuhkan kejadian yang dialaminya kemarin lusa. Ya, ketika Dewi kembali menghubunginya. Meski hanya melalui sebuah pesan pendek dari telepon selularnya. Tapi hal itu cukup menyita perhatian Roy dalam dua hari terakhir ini. Dewi kembali menghubunginya karena Dewi ingin kembali padanya. Dia ingin kembali merajut hubungan yang dulu pernah ada.

Dewi adalah kekasihnya ketika mereka masih sama-sama menjadi mahasiswa pada salah satu perguruan tinggi favorit di kotanya. Mereka telah cukup lama menjalani hubungan asmara tersebut. Tepatnya ketika mereka menjadi mahasiswa baru pada perguruan tinggi itu, yaitu ketika mereka masih sama-sama menjalani ospek di kampus tersebut.

Meski mereka sudah sama-sama menjalani hidup bersama selama menjadi mahasiswa. Mereka juga telah membuat kesepakatan untuk menjalani hidup bersama setelah mereka menyelesaikan studinya. Itu adalah sebuah impian yang akan menjadikan hidup mereka bahagia. Bahagia untuk menjalani hidup hingga hari tua mereka. Roy juga berjanji untuk segera melamar Dewi setelah mereka sama-sama menyelesaikan kuliahnya.

Namun begitu mereka lulus kuliah, harapan itu pupus sudah. Impian itu tinggallah bayangan yang menghantuinya seperti ketika mereka bangun kesiangan dengan mimpi buruk yang belum selesai. Tak tau kemana mereka mesti mewujudkan impian mereka. Karena setelah lulus kuliah Dewi langsung dijodohkan dengan anak dari rekan kerja ayahnya. Meskipun Dewi telah berusha menolak keinginan ayahnya, namun hal itu tidak dapat merubah kehendak ayahnya. Bahkan ibunya pun tak bisa merubah keinginan dan keputusan ayah Dewi.

Semenjak pernikahan Dewi itulah, Roy mencoba untuk melupakan masa-masa indah bersama Dewi. Dia tak ingin bayang-bayang Dewi akan selalu menghantui kehidupannya kelak. Karena dia juga tidak menghendaki kalau nantinya Dewi tak bahagia bersama suaminya hanya karena selalu ingat dengan dirinya. Jangan sampai kehidupan rumah tangga Dewi menjadi rusak karena dirinya. Roy ingin memulai satu kehidupan yang baru. Dia ingin kembali membangun mimpi yang baru. Dia ingin kembali bermimpi tentang satu kehidupan yang lebih baik.

Langit telah berubah lembayung ketika Roy tersadar dari lamunannya. Gelap juga semakin menyisir langit bagian timur laut yang semula berwana jingga keemasan. Untungnya ada rembulan yang hampir purnama muncul dari arah timur. Meski tersangkut pada ranting cemara yang kering, namun cahayanya tetap cerah menerangi malam, juga hati Roy.

Pada hari sebagaimana yang disepakati Roy akan menemui Dewi. Roy pun segera menyelesaikan tugas-tugasnya setelah dia melirik jam dinding yang berada di sebelah kiri dari meja kerjanya. Dia ingin segera meninggalkan kantor. Karena sejam lagi dia ada janji untuk bertemu dengan Dewi. Setelah kemarin dia membalas pesan dari Dewi dan sepakat untuk bertemu hari ini setelah Roy pulang kerja. Setelah semua pekerjaan dan tugas-tugasnya selesai, dia mohon ijin kepada atasannya untuk pulang lebih awal. Meski dengan sedikit berargumentasi dengan atasnnya namun akhirnya dia mendapatkan juga ijin untuk meninggalkan kantor lebih awal dari biasanya.

Setengah jam kemudian dia sudah berada di tempat di mana dia membuat janji dengan Dewi. Tepatnya di depan sebuah mall yang tak begitu jauh dari tempat kerja Roy. Dan ternyata Dewi telah lebih dulu sampai dan menunggunya.

“Nunggu lama ya?” Pertanyaan Roy membuka pembicaraannya dengan Dewi.

“Ya…, lumayan. Tak kurang dari setengah jam yang lalu.” Jawaban Dewi terasa datar sambil menutup pintu mobil. Dan secara serta merta mobil pun meluncur.

“Untung ya, rambutmu tidak ubanan karena menungguku…?” Perkataan Roy menjadikan wajah Dewi memerah karena malu. Dia merasa kalo dirinya yang tidak sabar untuk bertemu dengan Roy.

Memang Roy termasuk orang yang suka dengan guyonan-guyonan yang membikin orang lain merasa terpojokkan. Sambil Roy terus mengemudikan mobilnya, mereka berdua berbincang tentang apa saja. Termasuk tentang pengalaman mereka selama berpisah. Dan tanpa terasa mobil yang mereka kendarai telah memasuki area parkir dari sebuah rumah makan yang cukup asri.

Setelah memarkir mobil mereka berdua menyusuri jalan yang dibuat hanya berukuran kurang dari dua meter di antara kolam-kolam ikan. Karena rumah makan ini memberikan fasilitas kepada pengunjungnya untuk memancing sendiri ikan yang akan dinikmatinya. Suasana sejuk juga sangat terasa karena berada di wilayah lereng pegunungan dengan hamparan pemandangan berupa bukit-bukit yang menghiasi sejauh mata memandang. Akhirnya Roy mengajak Dewi untuk mengambil tempat duduk yang agak jauh dari perhatian orang. Bangunan menyerupai rumah panggung dari bambu dengan atap berupa ilalang kering yang ditata rapi memberikan kesan alami. Pemandangan di hadapan mereka terbentang hamparan lereng perkebunan dan persawahan yang langsung bertemu dengan cakrawala senja.

”Ini adalah salah satu tempat favoritku.” Roy memulai pembicaraan setelah mereka memesan makanan dan minuman dari menu yang ditawarkan oleh pelayan. Basa-basi Roy akhirnya membuat Dewi mulai bicara dengan permasalahannya. Dengan bahasa yang sedikit berbeda Dia mengulangi apa yang telah disampaikan kepada Roy melalui SMS kemarin. Namun semuanya dibiarkan Roy hingga Dia terus menyampaikan alasan-alasan kenapa dia ingin kembali kepadanya. Meski mereka sadar bagaimana posisi masing-masing. Dewi sudah berkeluarga, Roy tau itu dan tak ingin merusak kehidupan Dewi bersama suaminya.

Roy cukup mengerti dengan keadaan Dewi yang harus menjalani hidup dengan seseorang yang tak dicintainya. Roy mencoba memahami bagaimana beratnya berkeluarga dengan suami yang tak bertanggung jawab. Bahkan seperti cerita Dewi suaminya sudah tak sayang lagi denganya. Karena dia sekarang jarang pulang kerumah, dengan berbagai alasan rapat, pertemuan dengan klien dan sebagainya.

Roy masih belum memberikan jawaban atas permintaan Dewi. Yang jelas Roy tak mau menggangu keharmonisan keluarga orang lain. Tapi dia juga tak kuasa untuk menolak permintaan itu. Karena dia tak ingin Dewi menderita dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Itu semua karena Roy begitu sayangnya dengan Dewi. Ya karena Dewi adalah mantan kekasihnya yang pernah menjalani kasih sayang selama kuliah dulu.

”Kenapa tak kau usahakan untuk bicara dengan suamimu dulu. Atau dengan keluargamu?” Roy memberikan saran kepada Dewi.

”Percuma, karena ayah pasti tak akan memberikan solusi yang baik untuk ku. Karena buat dia yang penting bisnisnya bisa terus berjalan. Sedangkan suamiku sudah tak pernah lagi mau bicara denganku selain memarahiku.” Dewi memberikan jawaban dengan kepesimisan yang terlalu tinggi.

Roy beranjak dari tempat duduknya. Dia menghampiri pagar yang ada di tepi dari rumah panggung. Dia menatap ke depan. Hamparan lembah dan perkebunan yang bertemu dengan cakrawala senja menjadikan suasana semakin hangat. Roy terus berada dalam diamnya. Tak sepatah katapun dia ucapkan.

Secara hampir bersamaan mereka kembali berbicara. Namun sesaat sebelum Dewi mengeluarkan suaranya, Roy lebih dulu memberikan sebuah pertanyaan. ”Taukah kamu kenapa semenjak kita berpisah sampai sekarang aku masih bertahan tanpa cinta yang lain?” pertanyaan Roy membuat Dewi tercakat dan tak mampu mengeluarkan apa yang ingin dikatakannya. Dewi hanya diam, sambil terus memperhatikan Roy dalam diamnya.

Sambil membalikkan badan Roy masih diam. Kemudian dia melanjutkan ucapannya. ”Disinilah aku menemukan kembali cinta. Cinta yang mungkin tak ada duanya. Lebih dari sekedar cinta di antara dua insan manusia.” dalam diam Dewi menyimpan pertanyaan atas apa yang dikatakan Roy. Sesekali angin pegunungan yang sejuk membelai tubuh mereka berdua. Bahkan ketika hari semakin senja.

”Aku sendiri tak tau kenapa aku jadi begitu mencintai senja.” Roy kembali duduk di mana Dewi masih kelihatan asik dengan minumannya. ”Sebenarnya aku kecewa dengan keputusan ayahmu yang telah memutuskan cinta yang dulu kita jalani. Berhari-hari aku depresi dengan semua itu. Namun setelah aku diajak salah seorang teman untuk makan di sini, aku malah menjadi begitu suka dengan tempat ini. Aku merasa ada cinta yang begitu indah dengan senja ini. Seolah dia tak akan pernah berhenti mencintai siapa saja yang menikmatinya. Ya, senja yang indah, senja yang sahdu, senja yang begitu menawan hati. Juga senja selalu kurindukan.” Roy bicara panjang lebar tentang apa yang dirasakannya selama ini. Ternyata dia telah menemukan satu yang bisa menenangkan hatinya, meski sebenarnya dia juga masih mencintai Dewi.

”Wi, aku tau bahwa aku masih mencintaimu. Karena perasaanku mengatakan hal itu. Selain itu aku juga merasa kalau kamu juga masih mencintaiku. Namun apakah mungkin kita akan kembali merajut mimpi yang hanya tertinggal bayangnya saja. Bagiku itu terlalu sulit Dewi, sulit sekali.” Roy memberikan penjelasan yang tak pernah Dewi perkirakan. Di luar dugaan Dewi, Roy malah menggenggam kedua belah tangan Dewi. Hal ini tak lain adalah untuk meyakinkan Dewi bahwa Dia juga masih mencintainya. Namun karena keadaanlah yang memisahkan cinta mereka.

”Wi, meski aku masih sangat mencintaimu, aku tak bisa untuk kembali bersamamu. Aku harus menghargai keputasan ayahmu, juga sekarang aku harus menhargai suamimu. Kamu juga harus melakukan hal itu. Kamu harus menghargai mereka.” Nasihat Roy meluncur begitu saja seperti kepada sahabat baiknya saja. Ia telah menganggap Dewi sebagai sahabatnya. Sedangkan Dewi masih tetap dengan kebimbangan dan diam seribu bahasa. Dia tak tau harus berkata apa terhadap Roy, karena dia berharap Roy akan menyambut keinginannya dengan antusias.

”Wi, hari sudah mulai gelap, sebaiknya kita segera pulang. Jangan sampai kamu kemalaman sampai di rumah. Sehingga suamimu akan menanyakan hal yang macam-macam kepadamu nanti. Ayolah..., cobalah kau cintai suamimu dengan sebaik-baiknya. Aku yakin kau akan mampu melakukannya dan pasti kau akan bahagia karenanya.” Kemudian Roy segera beranjak dari tempat duduknya dan diikuti Dewi. Mereka meninggalkan tempat itu dengan diiringi suasana senja yang sangat sahdu, dengan guratan mega berwarna jingga di sebagian langit utara. Sebuah senja yang memang pantas untuk selalu dirindukan.

Kudus, 20 Maret 2008

Monday, May 26, 2008

Sepucuk Surat Matahari Terbit

ini adalah sepucuk surat surat
yang kutulis dan kukirimkan kepadamu
saat tak ada kata sapa
saat hari-hari terasa hampa
saat galau hati tak ada tempat berbagi
saat hati gelisah
tanpa ada tempat meruah

ini adalah sepucuk surat
yang kutulis dan kukirimkan kepadamu
ketika hari beranjak terang
dan tanpa peduli apakah kau kan
menyapa atau tetap diam
di tiap perjumpaan
ketika matahari terbit di fajar ini

Jepara, 5 juli 2006

Pilkada, Jangan Kehilangan Hati Nurani

Tahun 2008 menjadi momentum penting bagi warga Kudus. Penting karena pada tahun ini Kabupaten Kudus akan melewati dua tahapan pemilihan kepala daerah atau yang sering disebut dengan Pilkada. Pada tahap pertama Kudus akan melaksanakan pilkada bupati dan wakil bupati yang selanjutnya akan disusul dengan pilkada gubernur dan wakil gubernur. Kita ketahui sebagai negara yang menganut faham demokrasi—sebagaimana pemilihan presiden—maka proses pilkada merupakan sebuah keharusan yang mesti dilaksanakan. Utamanya setelah ditetapkannya proses pemilihan kepala daerah secara langsung.

Sejak memasuki awal tahun ini geliat perhelatan politik tingkat kabupaten ini semakin menghangat. Terbukti dengan terpampangnya berbagai gambar sosok kandidat baik calon bupati maupun wakil bupati. Ada banyak sekali bakal calon yang turut meramaikan menjelang pilkada ini. Bahkan ketika mereka belum pasti untuk menjadi salah satu calon Bupati dan Wakil Bupati. Belum pasti karena mereka belum mendapatkan dukungan dari partai politik sebagai salah satu syarat untuk mengikuti pergulatan pilkada.

Memasuki bulan maret KPU Daerah telah menetapkan sejumlah empat pasangan calon bupati dan wakil bupati. Tentunya dengan berbagai persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan juga adanya dukungan dari partai politik di DPRD. Sehingga tentunya suhu politik akan semakin meningkat. Terbukti dengan semakin banyaknya gambar pasangan calon bupati dan wakil bupati yang jelas akan bertarung dalam pergulatan ini, meskipun masa kampanye belum dimulai.

Hal ini bukanlah sesuatu yang aneh bagi sebuah negara demokrasi. Namun ada satu yang sedikit dilupakan oleh masyarakat. Masyarakat dirasa kurang kritis dalam menanggapi setiap tahapan yang ada dalam proses pilkada. Atau bahkan sebagian masyarakat masih ada yang tidak kenal dengan calon Bupati dan Wakil Bupati yang ada. Mahasiswa sebagai salah satu elemen masyarakat juga kelihatan mulai kehilangan sikap dan daya kritisnya atas hal tersebut.

Jika dicermati secara lebih dalam, maka akan kita ketahui bagaimana sikap dan pola pergerakan mahasiswa sekarang. Mahasiswa yang dulunya diharapkan sebagai salah satu agent of the change yang paling independen. Dalam perkembangannya mereka semakin kehilangan ruh kepedulian sosial. Sehingga mahasiswa sekarang lebih cenderung mengutamakan kepentingan pribadinya atau kepentingan-kepentingan golongan mereka sendiri.waalaikum salam

Semakin dekatnya kita dengan proses demokrasi tersebut, mestinya kita benar-benar mengetahui dan mengenal apa dan siapa calon bupati dan wakil bupati. Sehingga nantinya kita dapat memberikan dukungan suara kita pada calon yang tepat dan tidak salah sasaran. Utamanya kita dapat memberikan dukungan kepada calon sebagaimana hati nurani kita. Bagaimanakah kriteria seorang pemimpin yang baik, yang akan menjadi pemimpin kita. Seperti yang kita ketahui, barang siapa yang salah dalam memilih seorang pemimpin, maka dia telah turut menghancurkan suatu negara. Demikian juga dengan proses pemilihan seorang kepala daerah. Jangan sampai kita salah dalam menentukan pilihan pada proses pilkada kali ini.

Sikap kritis kita tidak hanya berhenti pada proses pemilihan bupati dan wakil bupati kali ini saja. Namun harus tetap kita pertahan hingga pada tahapan pemilihan gubernur dan wakil gubernur yang juga akan dilaksanakan tahun ini. Dengan kedekatan pelaksanaan dua pemilihan kepala daerah ini semoga akan menjadikan kita sebagai seorang pemilih yang lebih dewasa dan sadar politik. Meskipun kita tidak perlu menjadi seorang politikus. Semoga saja.

Saturday, March 29, 2008

celebrate of wisuda

Huuuu...... Horeeeee.......................
Riuh dan gemuruh suasana halaman belakang gedung Jamiatul Hujaj Kudus (JHK). pagi belum begitu hangat. karena waktupun baru menunjukkan pukul 07.30. namun kegembiraan dan kebahagiaan begitu terpancar di wajah mereka yang hadir. ya sebagian besar dari mereka adalah calon wisudawan dan wisudawati yang alan di lantik hari itu. 29 maret 2008 menjadi hari yang bersejarah bagi mereka.

he... he... jangan lupa lho..., salah satu di antara mereka itu aku lho...
iya akhirnya aku bisa wisuda juga. setelah lebih dari lima tahun aku bergelut dengan buku, aktifitas perkuliahan atau apa saja yang telah turut mendewasakan aku selama ini. yah wisuda telah menjadi sebah perayaan yang sangat dinantikan oleh setiap mahasiswa yang telah selesai kuliyah. namun juga akan menjadi suatu tantangan tersebdiri yang menyadarinya bahwa sejak saat itu mereka harus mandiri dalam menjalani kehidupan ini

yach.... semoga wisuda ini akan menjadi sebuah gerbang bagi kami untuk menapaki jalan baru yang akan lebih baik dari hari kemarin.

Sunday, March 09, 2008

Akhirnya ...

Akhirnya... "kemelut" yang kemarin aku hadapi berakhir juga. Salah satu sahabatku memutuskan sebuah keputusan yang kontroversi. Sahabat? Ah, aku rasa tidak. Karena seorang sahabat tidak akan memberikan keputusan kepada sahabatnya sebuah larangan untuk menghubunginya, bahkan untuk berkunjung ke rumahnya.

Seorang sahabat akan memahami apa dan bagaimana seorag sahabatnya tersebut. Dia akan mengerti kenapa sahabatnya melakukan sesuatu. Dia juga akan memberikan saran jika apa yang dilakukan oleh sahabatnya dirasa tidak tepat atau tidak benar. Seorang sahabat akan mengerti masalah apa yang sedang dihadapi oleh sahabatnya. Dan "akhirnya" seorang sahabat tidak akan pernah memutuskan sebuah hubungan persahabatan.

Tetapi semalam seorang teman (bukan sahabat) telah memilih untuk memutuskan hubungan selama ini terjalin. Entah kenapa? Yang jelas hal ini terjadi setelah apa yang aku ceritakan kemarin. Semuanya hanya karena dia telah memiliki seseorang yang lebih dulu mengisi hatinya. Yah, itulah... Meski demikian aku tidak akan membenci atas apa yang dilakukannya. Karena mungkin baru sebatas itu pengertiannya tentang persahabatan.

Sahabat, semoga apa yang selama ini menjadi ganjalan di hatimu hilang sudah. Dan semoga kebahagiaan yang kamu harapkan akan kau dapatkan darinya. 

Yang pasti aku tidak akan pernah merasa kehilangan sahabat. 


Friday, March 07, 2008

Kenapa?

Kenapa? sebuah pertanyaan yang sering kali muncul namun belum tentu diketahui apa jawabnya. Ya, hari ini kembali ada pertanyaan "kenapa?" buat aku. Dan kebetulan aku juga tidak tau harus memberikan apa sebagai jawabnya.

Semuanya berawal dari semalam, ya karena hari ini ada salah satu teman atau sahabat-ku yang berulang tahun. Semalam aku sudah memberikannya ucapan untuk dia, meski hanya lewat SMS. Dan memang sudah menjadi kebiasaan, aku suka memberikan sekedar hadiah kecil buat teman-teman atau sahabat-sahabatku yang sedang berulang tahun. Dan untuk yang ini aku juga lakukan hal yang sama. Memang sudah menjadi kebiasaanku untuk memberikan sesuatu walaupun hal itu kecil namun dengan sedikit harapan akan dapat bermanfaat. Sesuatu yang dapat bermanfaat bagiku adalah buku. Ya, karena menurutku buku akan dapat memberikan setidaknya sedikit ilmu bagi siapa saja yang membacanya.

Sungguh aku tak tau “kenapa“ pada kesempatan ini apa yang aku anggap sebagai sebuah hadiah kecil malah menimbulkan sesuatu yang berbeda. Apakah karena dia adalah seseorang yang pernah "dekat" denganku, atau mungkinkah juga karena judul buku yang aku berikan. Yah, tidak tau juga kerena judul buku itu dapat menimbulkan salah persepsi. "Mahar Cinta Buat Kekasih" sebuah judul buku yang mungkin dapat menimbulkan kesalahpahaman. Apalagi bagi mereka yang memiliki sifat perasa tinggi.

Yah, itulah memang tidak selamanya apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang baik, belum tentu hal itu baik juga menurut orang lain. Namun dengan satu keyakinan dan niat yang baik, mudah-mudahan akan memberikan manfaat bagi semuanya. Amien...

Namun sebuah pertanyaan "kenapa" akan tetap menjadi sebuah teka-teki bagi siapa saja yang tidak memprediksikan akan ditanya "KANAPA?"


Kenapa? Entahlah...