Friday, December 31, 2010

Teduh Dari Hujan

aku tersisih di sudut teras toko
tak ubahnya para gelandangan
yang mengais sisa makanan dan puntung rokok
kedinginan,
mendekap lutut yang terlipat
menanti hangat mentari
saat hujan tak berujung reda

petir dan kilat begitu tajam
laksana pisau yang membelah langit hingga ke bumi
hingga aku semakin erat mendakap lututku

Desember, 2010

Friday, October 29, 2010

Sepenggal Tanya Yang Tak Tertuntaskan

ada sepenggal tanya
yang belum tertuntaskan
dari sorot mata
yang kau bawakan padaku
entah apa,
dan kapan akan terjawab

Jepara, Oktober 2010

Friday, October 22, 2010

Pagi Yang Basah

di sini
ada pagi yang basah
entah, karena gerimis semalaman
atau, karena ada lagi
air mata yang tertumpah

Jepara, 2010


Wednesday, August 18, 2010

Jangan Kau Tanyakan

jangan kau tanyakan
kenapa aku memanggil namamu
karena pasti aku tak tau kenapa begitu
aku ingin menyapa dan mendengarmu
berbagi cerita tentang hari-harimu
aku ingin menyapamu
tanpa berdalih ingin ini dan itu
karena kini aku hanya ingin menyapamu
dan mendengar cerita-ceritamu

Jepara, 17 Agustus 2010


Tuesday, July 20, 2010

Malam Dan Bulan Sabit Putih

bulan sabit berwarna putih
dengan bintang-bintang bertaburan di sekelilingnya
aku ketuk pintu kayu yang mulai ringkih
dengan ucapan salam menyelingi ketukannya

tok tok tok
assalamu’alaikum,
di jeda waktu itu,
keheningan mencekamku
beberapa serangga malam
ternyata masih mendapat tempat
untuk bernyanyi
dan selembar daun yang jatuh
menyuarakan langkah kaki tanpa sosoknya

tok tok tok
assalamu’alaikum, mak,
aku menunggu jawaban dari balik pintu tua itu
kayu lapis yang menutupnya dari keroposnya kayu
pun tlah terberai dari lapis demi lapisnya
sepasang itik yang tak masuk ke dalam kandang
mengejutkanku saat mendenguskan nafas dari paruhnya,
pertanda dia mulai terusik dengan kedatanganku itu

langit masih berhiaskan gemintang yang indah
bahkan untuk sekedar dinikmati bersama kesendirian
karena rinduku pun kini tak tau kemana harus menempuh jalannya
hatiku mulai gelisah, karena rinduku selalu menikmati
bulan sabit dan gemintangnya pun dalam kesendirian
tanpa mengerti kapan akan ada waktu untuk menikmatinya bersama

bulan sabit itu masih tetap menyinari kegelapan malam
pun dengan bintang-bintangnya
sebelum ku langkahkan kaki meninggalkan teras itu
ku sempatkan sekali lagi untuk mengetuk pintu itu
tok tok tok
assalamu’alaikum
dan aku langkahkan kaki berbalik arah
meninggalkan depan pintu tua itu

kita tak ditakdirkan untuk bertemu malam ini
dan suatu saat, kita akan bertemu lagi
atas kehendaknya, juga nikmat darinya
dalam kesempatan yang akan lebih indah

sementara kerinduanku, tak lagi mampu
untuk sekedar menghayalkan wajahmu
atau menyimpan bisik suaramu
untuk menjadi penawar rindu
disaat hujan kembali menyegarkan perjalananku
sebelum sampai paraduanku
dimana aku akan menunggumu
dengan segenap cinta dan kerinduanku padamu

Jepara, 16 Juli 2010


Wednesday, June 16, 2010

Sawah, Petani

petani itu masih menatapsawahnya
mendung masih tetap menggantung
dan sesekali merintikan gerimis

petani itu masih menatap sawahnya
telur-telur itu mulai menetas
menjadi serbuk putih
yang melekat di batang-batang padi
hari demi hari, serbuk putih semakin memanas
batang-batang padi pun layu
oleh serbuk putih yang berubah hijau kecoklatan
dan menyebar hampir seluruh lahan persawahan

petani itu masih memandang sawahnya
kosong, tak ada apa dilakukan

berliter-liter pestisida tlah disemprotkan
laksana gerimis pagi ini
namun, seluruh batang padi tlah layu
tinggal jerami yang mengering
tanpa hasil yang bisa dipanen
bahkan sebulir padi yang tertinggal
lebih dulu menjadi santapan burung pipit
yang hampir kelaparan

Jepara, Juni 2010

Monday, June 07, 2010

Sungai Mati

awan ini tak segera menjelma rintik
menjadi gerimis yang sangat dirindukan para petani
meski hujan baru saja pergi
setelah senja kemarin meninggalkan terik

dan kini awan yang menutup seluruh sinar mentari
tak lagi menjadi teman petani
saat lumpur sawah mulai memecah dan melukai kaki

pagi ini, seorang petani
dengan tangki penyemprot hama dipunggungnya
hanya berdiri memandang sawahnya
tatapnya kosong
karena sungai mereka tlah mati

Jepara, Juni 2010

Friday, June 04, 2010

Aku Takut

entah sejak kapan adu pandang ini
hari demi hari
yang terus merajut tatap mata berikutnya

tatap mata itu serasa belati
yang menghujam di hati
aku tak kuasa untuk terus memandangnya
saat adu pandang kita bersama

aku tak kuasa menatap mata itu
aku tak mampu memandang wajahmu
karena aku takut,
aku takut jatuh cinta padamu

Jepara, Juni 2010


Tuesday, May 25, 2010

Suatu Pagi Di Perkampungan Nelayan

di wajah itu, masih tergurat keletihan
kantuk pun masih menggelayuti perasaan
usai membersihkan diri dan sembahyang di waktu subuh
dia tunggui bocah yang belajar
mengeja, kata demi kata dalam buku catatannya
kelelahan setelah menarik jala ditahannya
sambil sesekali mengajarkan jawaban
dari pekerjaan rumah anaknya
sementara itu, guguran kembang jambu
menjadi penyaksi semangat itu

di rumah belakang, asap mengepul
dari tungku yang dinyalakan ibu
menyiapkan minuman hangat untuk suami
juga sarapan untuk anak-anaknya
tak ada sepotong pizza ataupun roti
karena hanya ada nasi dan ikan asin
dilengkapi sambal yang lengket dalam cobek batu
tapi, semangat yang terpancar setiap pagi itu
yang akan merubah negeri ini

Perkampungan Nelayan Jobo Kutho Jepara,
Di Hari Kebangkitan Nasional 2010




Thursday, May 06, 2010

Kabar Kematian

angin gurun tiba-tiba mendesau dengan begitu berat
membawa gairah gersang yang pengap
seolah ingin merayu setiap manusia
pada keputusasaan akan gairah hidup

kabar kematian itu pun terdengar begitu dekat
dan segera menyebar terbawa angin yang merayap
datang dan terus datang bertubi-tubi
mendekat dan membelai hati yang takutkan kematian
namun kabar kematian itu terus mendekati setiap insan
tanpa peduli lagi usia juga kelamin

kabar kematian itu terus terdengar
tak peduli waktu,
pagi,
siang,
sore,
bagai suara azan yang mengabarkan panggilan tuhan
bahkan tengah malam pun
dia terus menghampiri
satu demi satu mereka yang tlah tiba waktunya

dan kini, kabar kematian itu
seolah terdengar sangat dekat di telinga
dan membelai denyut nadi leher
sedangkan malaikat pun terus berkeliling di sekitar kita
dan hanya waktu saja yang akan tetapkan semuanya

Jepara, Mei 2010


Wednesday, April 21, 2010

Tiba-Tiba Aku Jadi Pendiam

tiba-tiba aku menjadi pendiam
karena orang-orang di sekitarku semuanya tuli
tak ada lagi yang bisa mendengar keluh hatiku
tak ada lagi hati yang mau peduli

aku benar-benar telah jadi pendiam
bahkan akupun dikatakan bisu
karena tak menjawab pertanyannya
tapi bukanlah aku yang bisu
melainkan merekalah yang tuli
tuli karena mereka tak mendengar jeritan hatiku

aku memang telah menjadi pendiam
dan biarkan aku pendam segala kesah hatiku
karena kau tak lagi peduli
apa lagi untuk mau mengerti

Jepara, April 2010

Monday, April 19, 2010

Aku Benci Pengecut

aku benci dengan orang-orang pengecut itu
orang-orang yang hanya berani bicara di belakang
orang-orang, yang tak berani menghadapi muka untuk bicara
memang tak selalu pertanyaan akan mendapat jawaban
tapi membicarakan orang dibelakang
itu adalah PENGECUT!!!

Jepara, April 2010



Monday, March 29, 2010

Temukan Keyakinan

aku terjaga sesaat sebelum fajar tiba
disaat ingatanku tertuju hanya padamu
aku mengingatmu
sejak iftitah terucap kali pertama
hingga sujud dan tasyahudku
dalam baluran embun yang selimuti jiwa
tuk segera temukan keyakinan
bahwa engkau itu ada

Jepara, 25 Maret 2010



Wednesday, March 24, 2010

Bahasa Rindu

tak cukupkah kosa kata yang ada dalam kamus bahasa
kalau hanya untuk menerjemahkan perasaanmu
beribu-ribu kata yang ada di dalamnya
hanya kau bolak-balik untuk mencari kata yang satu

kenapa tak kau utarakan rasamu
untuk dapat aku mengerti
entah kenapa rasa yang kau rasakan
selalu terbentur ragumu
yang terasa kian membelenggu

dan kini, saat malam temaram
dalam baluran cahaya bulan
aku pun ingin menyapamu
dengan bahasa rasamu
yang masih kau ragu
namun, tidak bagiku
karena aku tlah mengerti
bahasa rasa yang masih kau ragu
sebuah perasaan yang aku terjemahkan
dalam bahasa rindu

Jepara, 23 Maret 2010


Saturday, March 20, 2010

Gelisah Sekembu

kembali,
aku duduk termenung
termangu dengan segala cerita senja

tiga purnama telah terlalui
tanpa percumbuan yang biasanya mesra
kini, aku duduk di tempat yang sama
seperti dulu waktu aku menyaksikan purnama
yang menjadi saksi dasawarsa

tapi kini, di saat purnama menjelang dengan segenap cinta
aku tak sanggup lagi mendekatimu
bahkan ketika pecahan-pecahan kaca
telah tertata di sekujurmu
haruskah aku mencumbumu
dengan menggoreskan luka pada tubuhku

kembali aku termenung
termangu dalam batas cakrawala
yang terhampar dari riak gelombang
yang tertahan oleh bongkahan tanah tanpa nama

aku terpaku
masihkah ada cerita indah masa lalu
yang akan didengar oleh anak cucu

Jepara, 5 Maret 2010



Saturday, March 13, 2010

Biarkan Aku Menyapamu Dalam Diam

Biarkan aku menyapamu dengan bahasa diam
Karena di depanmu, diamku akan penuh makna
Sebuah panggilan melalui ponsel, pun segera aku batalkan
Dan selalu kau balas dengan pesan singkatmu
”Maaf, ada apa ya?

Sering dalam perjumpaan kita
Tegur sapa hanya sekedar pewarna
Karena bahasa hati kita
Yang akan menjelaskan makna yang ada

Maka, biarkan aku menyapamu dengan bahasa diam
Yang telah lama aku ungkapkan
Meski hanya diam
Tapi semua mampu menerangkan seluas pandangan

Jepara, 5 Maret 2010


Thursday, March 04, 2010

Waktu Yang Kan Mengajariku

Adalah proses alami ketika rasa ketertarikan berubah jadi kagum. Seiring putaran waktu, tumbuh menjadi cinta yang mendalam. Tapi tidak selamanya serangkaian proses itu berakhir indah. Komitmen adalah kuncinya. Komitmen butuh dua hati untuk berbagi.

Jatuh cinta berjuta rasanya, tapi lebih seru ceritanya jika orang yang kita cintai, mencintai kita juga. Singkat kata break event point-lah. Jika salah satu pihak ternyata diam seribu bahasa, itu singgle fighter namanya. Karena to love is to be loved.

“Sungguh menyakitkan mencintai seseorang tapi tidak dicintai olehnya, tapi akan lebih menyakitkan lagi jika kita tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan cinta yang kita rasakan.”

Actually, that’s very simple words. Amazingly, sangat menyentuh nurani, bahkan memberi pencerahan dan kekuatan tersendiri.

It waste times and spaces. Yang ingin aku bagi adalah bagaimana cinta yang aku rasakan mengilhamiku untuk menjadi yang terbaik. Aku selalu ingin sehebat dia, menjadi yang terbaik di segala hal. Jika dia bisa, kenapa aku tidak? Aku percaya, if it is to be. It is up to me.

Ini adalah wujud optimisme yang aku wujudkan untuk menumbuhkan ekspektasi positif dalam hidupku. Bisa dibilang kata-katanya penuh makna. Setidaknya, begitulah yang aku rasakan. Argumentasinya seolah tidak terbantahkan bagi seorang “aku” yang terkadang amat egois dan sukar menerima pendapat orang lain jika pendapat itu tanpa realitas dan fakta.

Kalau ada orang bilang aku menjadi seperti sekarang, ini karena dia, aku tidak akan menyangkal. Aku rela mengakui, she is my inspiration.

Meskipun demikian aku tidak akan menutup mata dan hati untuk yang lain yang munngkin memenuhi kualifikasi untuk menjadi inspirator yang ketiga, keempat, kelima… Bisa jadi salah satu dari mereka adalah soul mate-ku. Who knows? Jangan pernah merasa bersalah dan berhenti mencintai hanya karena hati kita terlambat pada orang yang “belum tepat”.

Sejujurnya, aku tidak cukup punya kekuatan untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan ini sampai aku membaca berulang-ulang “Sungguh menyakitkan mencintai seseorang tapi tidak dicintai olehnya, tapi akan lebih menyakitkan lagi jika kita tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan cinta yang kita rasakan.” Dengan satu harapan, semoga dia turut membaca. Tidak ada tendensi apa pun dalam kalimat-kalimat yang kurangkai ini, apalagi membuatnya berubah “rasa”. No… not at all. Aku mungkin bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa baginya. Tapi satu yang pasti, dia pernah berarti buat hidupku.

Waktu telah mengajariku untuk lebih bersikap dewasa, dan mencari tahu apa yang aku inginkan, yaitu menjadi seorang yang berani mengungkapkan rasa dan pikiran.

***
Catatan ini aku dapatkan di rubrik halaman tujuh belas suara merdeka edisi hari minggu, untuk tanggalnya aku lupa. Entah beberapa tahun yang lalu. Tapi dengan cacatan ini aku sangat menghargai sebuah perjuangan untuk mendapatkan sesuatu. Bahwa sesuatu yang kita inginkan, utamanya yang akan dinikmati bersama (berdua), dalam hal ini cinta, tidak mungkin jika hanya diperjuangkan sendiri atau satu pihak saja. Jadi, harus ada kerja sama untuk mendapatkannya.


Friday, February 26, 2010

KarenaMu…

Sebelumnya tak pernah mengira akan dapat kiriman sebuah puisi darinya. Tapi pada hari senin 8 februari lalu, aku mendapat sebuah puisi telah nangkring di inbox-ku. Kulihat di subjectnya tertulis KarenaMu. "KarenaMu" sebuah judul yang menandakan bahwa tak ingin karena yang lain. dan hanya KarenaMu.

Saat kubuka email di body email tertulis:
"Asalamu'alaikum

Afwan jika puisinya gak sesuai dengan kaidah bikin puisi yg benar.... maklum sebagai "pemula".........tapi ini bikinan aku sendiri kok....

Asalamu'alaikum"

Subhanallah... tak tau harus bicara apa, tapi ini adalah sebuah usaha untuk menculis puisi. Dan inilah puisi yang telah ditulisnya itu..

KarenaMu…

Aku tak mengerti apa yang aku alami.
Rasa rindu ini datang tanpa aku undang
dia datang tiba – tiba tanpa permisi..
Ampuni aku ya Rabb….
Jika perasaan ini bukan karenaMu…

Aku ingin mencintainya karenaMu…
Merindukannya juga karenaMu..
Jika aku ingin memilikinya juga karenaMu
Jika dia ada dihatiku juga karenaMu
Jika dia bersamaku juga karenaMu…

Jepara, Januari 2010


Subhanallah.., aku benar-benar tak bisa bicara apa-apa. Hanya bisa berharap bahwa puisi ini adalah sebuah pengungkapan dari relung hatinya yang terdalam. Amien.

Tuesday, February 23, 2010

Hujan, Petani dan Penguasa

aku adalah petani
aku adalah petani yang menggarap sepetak sawah peninggalan orang tuaku
petak sawahku, tak selalu menghasilkan
karena hanya mengandalkan air hujan untuk menanaminya.

bulan desember,
bulan yang seharusnya hujan telah membasahi bumi dan tanah,
dimana sawah kutanami padi dan beberapa jenis palawija
desember, gede-gede-ne sumber, kata orang tua dulu
tapi kini, dimanakah hujan
kemanakah perginya awan yang mengantarkan curahan hujan
dimanakah hujan
hujan yang sangat ku nantikan,
untuk menanam sebutir padi
guna menyambung hidup keluargaku

bulan berganti, januari,
sawahku tlah ku tanami dengan benih seadanya
januari, hujan mulai mengguyur tanpa henti
januari, hujan sehari-hari
dengan mencurahkan segala jenis air yang terkumpul dalam gumpalam awan
air laut, air sungai, air danau, air got, air comberan
bahkan keringat dan air mata para petani yang menebar benih-benih harapan

hujan, kau kah itu
yang tlah menenggelamkan padi yang baru aku tanam
seolah kau hempaskan segala mimpi dan harapan
inikah caramu untuk menjawab doaku bulan lalu
inikah caramu menjadi perantara turunnya rahmat tuhan bagi seluruh alam
tapi, kenapa harus kau tenggelamkan sawah dan tanaman padiku

hujan,
sebulan lalu aku merindukanmu
untuk menggarap sawahku
tapi kini, kau telah menenggelamkan sawah dan tanaman padiku
padi yang baru saja aku semaikan

kini aku benar-benar mengharapkan matahari
karena para pejabat, hanya pandai berceramah
kita akan bantu sawah yang kebanjiran
kita akan bantu dengan benih yang bermutu
mereka juga mengatakan, bahwa kita akan swasembada beras
kita akan swasembada pangan
aku tersenyum kecut mendengar ocehannya
coba saja kau tanami sawah-sawah dan kau wujudkan swasembada pangan
coba saja,
kalau kami para petani tlah enggan tuk kembali menanam
coba saja kau wujudkan
batinku

Jepara, 1 Februari 2010



Monday, February 08, 2010

Responsible

Awalnya tidak ada niat serius untuk mendapatkan sesuatu, kecuali ingin menyapa teman dan mengintrospeksi diri. Ya, introspeksi diri. Beberapa hari yang lalu aku mengirim sms kepada tiga teman dengan isi pesan sama. Sebuah penggalan puisi yang sebelumnya sudah aku posting di catatan ini.

”Lagi, lagi dan lagi/ aku mengulang kesalahan yang sama/ dosa yang tlah lama kusadari/ lagi dan lagi...” tulisku dalam sms itu. Pesan ini aku kirim ke tiga nomor berbeda, semuanya teman baik buatku.

Tak berselang lama aku dapat jawaban. Jawaban pertama aku terima, disana tertulis; Have soomebody told u that u r stupid? “Tak ada yang salah dengan kesalahan kecuali kita tidak berusaha memperbaikinya” Sebuah pesan yang penuh arti. Menjadi nasehat buat siapa saja. Bahkan balasan itu diawali dengan sebuah tamparan keras, ”Have soomebody told u that u r stupid?” Memang selama ini belum ada seorangpun yang mengatkaan itu (bodoh) kepadaku. Karena tidak banyak, jika tidak mau mengatakan tidak ada yang tau apa yang sebenarnya terjadi pada diriku.

Pesan ini sebenarnya sudah cukup menjadi tamparan keras bagiku untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Karena benar apa yang dikatakannya, “Tak ada yang salah dengan kesalahan kecuali kita tidak berusaha memperbaikinya” Kenapa aku belum bisa memperbaiki sebuah kesalahan yang sudah lama aku sadari dan ketahui. Mungkin memang perlu ada seseorang yang mengakakan bahwa aku ini sangatlah bodoh. Agar aku bisa untuk meninggalkan kesalahan-kesalahan yang ada. Tentunya juga untuk selalu mengingatkan aku.

Tak berselang lama, balasan sms kedua aku terima. ”Kenapa to, ada apa gerangan masku ini. Cerita ge!” tulisnya dalam pesan itu. Sebuah pesan yang mencerminkan perhatian seorang adik kepada kakaknya.

Yach, itu adalah pertanyaan yang mencerminkan sebuah perhatian lebihnya. Karena sebelumnya aku sudah pernah mengirimkan sms penggalan puisi itu dalam format yang belum sempurna (format puisi setengah matang). Mungkin karena hal itu, sehingga menjadikannya merasa perlu untuk menanyakan, apa gerangan yang membuatku menuliskan kembali penggalan puisi itu kepadanya.

Balasan sms terakhir aku terima. Dia tuliskan begini; ”Apa kau pikir dia tidak berbuat kesalahan.. aku rasa dia berbuat.. yaitu .. dia minta kamu memahami dia.. tapi dia tidak berusaha untuk memahami kamu.. itu kesalahan dia” Wouw, aku sangat terkejut dengan jawaban sms ini. Karena aku tak habis pikir, kenapa harus sampai menyalahkan orang lain. Padahal sebelumnya puisi itu hanya untuk introspeksi, kenapa harus sampai pada orang lain, bahkan menyalahkan orang lain. Benar-benar diluar dugaan.

Dari ketiga balasan itu, aku hanya sampaikan terima kasih, meski tak sempat aku membalas pesan masing-masing. Secara keseluruhan aku bersyukur banget, karena ada banyak orang yang perhatian dengan aku. Selain di facebook yang memberikan komentar dalam puisiku, juga banyak orang yang sangat responsive dengan apa yang aku rasakan.

Dengan tulisan ini, bukan berarti tidak ada teman atau saudara disekitar yang memberikan perhatian. Karena aku yakin kunci dari semuanya adalah komunikasi yang efektif. Karena semua perhatian dan kepedulian yang aku dapatkan tersebut juga dengan sebuah komunikasi yang aku bangun sejak lama. Sehingga mungkin perlu bagi kita untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan siapa saja, agar kita memiliki banyak saudara yang akan mendukung dan memberikan suport kepada kita. Baik disaat sedih maupun senang. Agar ada orang yang menguatkan disaat kita terpuruk untuk segera bangkit kembali. Semoga.


Saturday, January 30, 2010

Perempuanku

Tak pernah sebelumnya aku menyebut seseorang itu dengan sebutan “perempuanku”. Tapi entah kenapa, sejak minggu kemarin aku menyebutnya dengan “perempuanku”. Dan itu, menjadikan seseorang merasa cemburu. Entahlah, meski dia tidak mengatakannya, tapi dari pembicaraannya, aku meyakini bahwa dia merasa cemburu. Dia hanya mengirimkan SMS, ”Ntah kenapa, ketika dirimu mengatakan perempuanku, hatiku langsung merasa piye.. sempat berfikir adakah laki-laki yang pernah menyebutku sebagai perempuaannya? Jadi iri.. hehe...”

Perempuanku, aku sendiri tak tau sejak kapan aku suka menggunakan istilah itu. Perempuanku, kata itu membuatku merasa sangat menghargai seorang wanita. Sebutan yang lebih indah didengar ketimbang cewek, ataupun wanita. Perempuan, sebuah kata yang sangat indah bagiku. Memang sangat subyektif, tapi itu yang aku rasakan.

Tak pernah sebelumnya aku menyebut ”perempuanku” untuk salah satu teman ataupun sahabatku perempuan. Tapi beberapa hari yang lalu, aku tergerak untuk menyebut seseorang dengan sebutan ”perempuanku”. Terus terang, ini bukan hal yang biasa. Karena memang tidak pernah aku lakukan sebelumnya.

Perempuanku, sebuah sebutan yang sangat indah didengar. Sebuah keberanian untuk mengambil keputusan dalam memberikan sebutan bagi seseorang dengan sebutan perempuanku. Yach, keputusan yang berani, karena aku merasa dia pantas untuk mendapatkan sebutan itu. Dia bukan perempuan biasa. Dia adalah seorang perempuan dengan kelebihan-kelebihan yang unik. Memang bukan spesial, tapi dia terasa istimewa.

Aku tak tau, apa yang akan terjadi esok. Hanya sebuah harapan dan doa, agar dia benar-benar akan menjadi ”perempuanku”. Perempuan yang akan menemani perjalanan hidupku selanjutnya. Menjadi bagian dari kehidupan pribadiku, juga akan menjadi penjaga dan pendidik bagi keturunanku. Kelak, suatu saat nanti. Dan hal itu adalah saat yang tepat yang ditentukan oleh-Nya. Semoga. Dan kini, aku hanya bisa memperbaiki diri, untuk memantaskan diri, agar layak untuk mendapatkannya. Agar layak mendapatkan perempuan yang terindah. Ya, ”perempuanku”.


Monday, January 11, 2010

Keledai Saja Tidak

lagi, lagi dan lagi
aku mengulangi kesalahan yang sama
kesalahan yang aku mengerti
dan selalu terulang

lagi, lagi dan lagi
aku melakukan dosa yang sama
dosa yang telah lama aku sadari
dan telah berkali aku taubatkan

lagi, lagi dan lagi
aku mengharap ampunanmu
permintaan ampun yang membuatku malu
karena tak kunjung nasuha

lagi, lagi dan lagi
air mataku
tak mampu membasahi bulu mataku
mekipun tangis di dada serasa meledak

sedangkan keledai saja
tak akan masuk dalam lubang yang sama
tapi aku, aku malu
aku malu

Jepara, Januari 2010


Wednesday, January 06, 2010

Aku Rindu Senyum Sapamu

aku dilanda rasa rindu
disaat gerimis
membawa kabar langit yang menangis
disaat langit kelam
dan tak ada lagi cahaya yang menerangkan

rinduku pun tenggelam di peluh jiwa penantian
tanpa gerak tuk menemuinya
atau sekedar tuk menyapanya
karena lusa, dia tlah menolak sapa
yang kutawarkan dengan segenap cinta

dan aku
begitu takut kehilangan
tak hanya cinta
tapi,
aku takut kehilangan senyum sapamu

Jepara, Januari 2010


Tuesday, January 05, 2010

Terkejut

duduk di tempat tak biasa
membaca sebuah pesan yang sangat kukenal
tapi, kenapa harus ada disini?
terhenyak, tapi hanya diam
seolah tak mengerti
dan berharap sebuah kedewasaan
dari dirimu

Jepara, Januari 2010