Friday, July 31, 2009

Tongkat Si Buta Selepas Subuh

Tek… tek… tek…
Suara tongkat menimpa aspal
Menyusuri tepian jalan
saat hari masih gelap

tek… tek…
suara tongkat
memastikan jalan tak terhalang
memukul tepian pagar
menuntunnya
mengambil jalan lempang

dini hari
jingga mentari pagi
belum menampakkan diri
namun baginya dan tongkat kecil itu
selepas subuh adalah pelita
benderang bagi hati
selepas sujud di subuh hari
untuk menyambut jaminan-Nya
sedikit berkah atasnya

Jepara, 30 Juli 2009


Sunday, July 19, 2009

Dua Sahabat Merajut Mimpi

Tak disangka dan serba kebetulan saja. Dua kata itu yang selalu menyertai keduanya. Dua sahabat yang telah lama tak bertemu, dikejutkan dengan sebuah pertemuan yang tak disangka-sangka. Serba kebetulan, karena mereka saja tak berasal dari satu kota yang sama. Bukan juga dari sekolah atau kampus yang sama. Namun hanya karena hobi yang sama, menulis, mereka saling kenal dan menjalin persahabatan.

Mereka adalah dua remaja yang berbeda. Memang berbeda. Sang gadis adalah seorang
pembelajar yang kuat. Tak ada kata lelah dan pantang berhenti untuk terus belajar. Dan semuanya harus dengan akselerasi yang cepat. Secepat mungkin, namun selalu disertai dengan perhitungan-perhitungan yang matang. Pantaslah jika disebut sebagai sang pembelajar.

Sementara itu sang bujang adalah seorang yang mencoba untuk meningkatkan kualitas dirinya dengan perlahan. Mesti awalnya dia merasa semuanya sudah cukup, tapi berkat pelajaran yang didapat dari sahabatnya dia kembali ingin terus belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Berbeda karena keinginan sang bujang untuk mencapai suatu target, tak secepat yang dilakukan sahabatnya. Namun satu kesamaan mereka adalah kemauan untuk terus belajar yang tinggi.

Entah sudah berapa tahun mereka terakhir kali bertemu dalam sebuah forum diskusi mahasiswa. Meski sebelunya sempat terbersit, pertemuan itu adalah pertemuan pertama sekaligus pertemuan terakhirnya. Karena di dunia kampus dan mahasiswa, sebuah forum diskusi lintas kampus dan bahkan lintas daerah, tak banyak yang melibatkan satu mahasiswa yang sama di setiap kali pertemuan yang mungkin dilakukan setiap tahun. Itu lah karena jarang sekali dalam forum-forum seperti itu, akan mempertemukan orang-orang yang sama. Dan benar saja, setalah pertemuan itu, mereka tak lagi bertemu. Entah berapa lama. Dan mungkin hanya melakukan komunikasi melalui SMS atau bahkan email.

Nasib berbeda terjadi diantara mereka. Sang gadis lulus lebih cepat dari sang bujang. Bahkan mungkin tahun masuknyapun berbeda, karena sang bujang lebih dulu masuk kuliah. Tapi karena kemampuannya, dan kemaunanya untuk menjadi sang pembelajar, sang gadis lulus lebih dulu, dan langsung diterima bekerja di salah satu media ternama nasional. Dan diapun langsung berhijrah ke salah satu dari tiga kota terbesar di Indonesia.

Sebagai wartawan baru sang gadis langsung dapat tugas workshop dari kantornya. Dengan kebetulan sekali, workshop dilakukan di kota kelahiran sang bujang. Entah siap yang lebih dulu kembali melakukan kontak SMS diantara keduanya. Karena dua pekan sebelum acara workshop, keduanya saling ber-SMS, bahkan juga berkomunikasi melalui ponselnya. Sang gadis mengajak bertemu, saat dirinya mengikuti workshop nanti. Janjian itupun disepakatinya.

Saat pertemuan diantara keduanya, tak banyak yang dibicarakan. Masih sama saat mereka bertemu sebagia dua mahasiswa. Menanyakan kabar smester, skripsi dan seputar perkuliahan, termasuk teman-teman yang dulu sempat dikenalnya. Namun satu hal yang menjadi kesan bagi sang gadis, “sama saja”. Itulah kesan yang tersisa dari pertemuan itu. Satu frase yang diterjemahkan dalam beberapa baris kalimat, dengan kata pertama dan kata terakhir sama. Yaitu “sama”.

Dua tahun berlalu tanpa komunikasi yang berarti dari keduanya. Karena masing-masing sibuk dengan tugas sendiri-sendiri. Sang gadis merajut mimpi-mimpinya. Sedangkan bujang berkonsentrasi untuk segera menyelesaikan studinya. Dan selesai kuliahnya, dia langsung berusaha untuk tidak menjadi pengangguran. Pekerjaan didapatkannya setelah lebih kurang 5 bulan.

Pertemuan berikutnya juga terjadi dengan jalan yang sama. Komunikasi melalui telefon seluler, yang akhirnya mempertemukan mereka dalam sebuah even memperingati sang maestro. Dan kini, pertemuan itu terjadi di kota kelahiran sang gadis. Jika pertemuan sebelumnya, hanya sekitar satu sampai dua jam. Kini mereka menjadi teman semalam, dalam acara gelar budaya. Usai pertemuan itu, keduanya semakin intens berkomunikasi. Meski kadang terjadi miskomunikasi.

Kini sekian lama sudah tak terjalin komunikasi yang biasanya dilakukan diantaranya. Namun bukan berarti mereka putus komunikasi, hanya saja kesibukan masing-masing yang menjadikan mereka tak sempat lagi membagi atau membincangkan sesuatu.

Suatu malam, keduanya bertemu di dunia maya. Seperti biasa, saat masing-masing online, merekapun saling menyapa. Meski terkadang hanya mengucapkan salam. Namun kali ini, lebih dari itu. Usai salam ada percakapan lebih lanjut dan cukup serius.

Sang gadis mengajukan pertanyaan yang tak masuk dalam agenda pembicaraan sang bujang. “Kalau aku mau jadi istrimu, apa kamu mau jadi suamiku?” Tanya sang gadis. Lalu sang bujang balik mengajukan pertanyaan. “Seberapa serius pertanyaanmu?”

“Apa batasan serius dan tidak serius?” Tanya gadis lagi. “Kalau aku tau, tak perlu ku tanyakan itu” tegasnya bujang. Tak kalah tegas, sang gadis menjawab “Serius”

Dengan menimbang-nimbang satu dan lain hal, bujang menjawab “Mau, tapi dengan apa adanya diriku.” “Kalau aku tak bisa menerima apa adanya dirimu?” Tanya sang gadis.

“Itu semua menjadi keputusanmu sendiri” jawab bujang. Pertanyan masih berlanjut, “Bukankah wajar jika aku inginkan seseorang yang bisa memberikan kepastian di masa depan?” Tanya sang gadis lagi.

“Setiap laki-laki pasti ingin berikan yang terbaik untuk istrinya.” Jawab sang bujang. “Aku tau itu” sang gadis menimpali.

Perbincangan masih berlanjut dengan pembicaraan yang semakin mendalam. Hingga akhirnya keduanya sepakat untuk mengakhirinya. Memang malam sudah larut. Juga kepenatan telah memenjarakan tubuh-tubuh mereka.

Tak ada yang tau, apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah ini akan menjadi awal dari sesuatu yang baru. Atau hanya menjadi catatan perjalanan yang akan berlalu saja. Karena apa yang akan terjadi besok, adalah sebuah rencana besar Tuhan. Dan kita hanya bisa menjalaninya. Dan tak lupa doa kita juga turut menjadikan rencana Tuhan untuk diri kita.