Monday, March 29, 2010

Temukan Keyakinan

aku terjaga sesaat sebelum fajar tiba
disaat ingatanku tertuju hanya padamu
aku mengingatmu
sejak iftitah terucap kali pertama
hingga sujud dan tasyahudku
dalam baluran embun yang selimuti jiwa
tuk segera temukan keyakinan
bahwa engkau itu ada

Jepara, 25 Maret 2010



Wednesday, March 24, 2010

Bahasa Rindu

tak cukupkah kosa kata yang ada dalam kamus bahasa
kalau hanya untuk menerjemahkan perasaanmu
beribu-ribu kata yang ada di dalamnya
hanya kau bolak-balik untuk mencari kata yang satu

kenapa tak kau utarakan rasamu
untuk dapat aku mengerti
entah kenapa rasa yang kau rasakan
selalu terbentur ragumu
yang terasa kian membelenggu

dan kini, saat malam temaram
dalam baluran cahaya bulan
aku pun ingin menyapamu
dengan bahasa rasamu
yang masih kau ragu
namun, tidak bagiku
karena aku tlah mengerti
bahasa rasa yang masih kau ragu
sebuah perasaan yang aku terjemahkan
dalam bahasa rindu

Jepara, 23 Maret 2010


Saturday, March 20, 2010

Gelisah Sekembu

kembali,
aku duduk termenung
termangu dengan segala cerita senja

tiga purnama telah terlalui
tanpa percumbuan yang biasanya mesra
kini, aku duduk di tempat yang sama
seperti dulu waktu aku menyaksikan purnama
yang menjadi saksi dasawarsa

tapi kini, di saat purnama menjelang dengan segenap cinta
aku tak sanggup lagi mendekatimu
bahkan ketika pecahan-pecahan kaca
telah tertata di sekujurmu
haruskah aku mencumbumu
dengan menggoreskan luka pada tubuhku

kembali aku termenung
termangu dalam batas cakrawala
yang terhampar dari riak gelombang
yang tertahan oleh bongkahan tanah tanpa nama

aku terpaku
masihkah ada cerita indah masa lalu
yang akan didengar oleh anak cucu

Jepara, 5 Maret 2010



Saturday, March 13, 2010

Biarkan Aku Menyapamu Dalam Diam

Biarkan aku menyapamu dengan bahasa diam
Karena di depanmu, diamku akan penuh makna
Sebuah panggilan melalui ponsel, pun segera aku batalkan
Dan selalu kau balas dengan pesan singkatmu
”Maaf, ada apa ya?

Sering dalam perjumpaan kita
Tegur sapa hanya sekedar pewarna
Karena bahasa hati kita
Yang akan menjelaskan makna yang ada

Maka, biarkan aku menyapamu dengan bahasa diam
Yang telah lama aku ungkapkan
Meski hanya diam
Tapi semua mampu menerangkan seluas pandangan

Jepara, 5 Maret 2010


Thursday, March 04, 2010

Waktu Yang Kan Mengajariku

Adalah proses alami ketika rasa ketertarikan berubah jadi kagum. Seiring putaran waktu, tumbuh menjadi cinta yang mendalam. Tapi tidak selamanya serangkaian proses itu berakhir indah. Komitmen adalah kuncinya. Komitmen butuh dua hati untuk berbagi.

Jatuh cinta berjuta rasanya, tapi lebih seru ceritanya jika orang yang kita cintai, mencintai kita juga. Singkat kata break event point-lah. Jika salah satu pihak ternyata diam seribu bahasa, itu singgle fighter namanya. Karena to love is to be loved.

“Sungguh menyakitkan mencintai seseorang tapi tidak dicintai olehnya, tapi akan lebih menyakitkan lagi jika kita tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan cinta yang kita rasakan.”

Actually, that’s very simple words. Amazingly, sangat menyentuh nurani, bahkan memberi pencerahan dan kekuatan tersendiri.

It waste times and spaces. Yang ingin aku bagi adalah bagaimana cinta yang aku rasakan mengilhamiku untuk menjadi yang terbaik. Aku selalu ingin sehebat dia, menjadi yang terbaik di segala hal. Jika dia bisa, kenapa aku tidak? Aku percaya, if it is to be. It is up to me.

Ini adalah wujud optimisme yang aku wujudkan untuk menumbuhkan ekspektasi positif dalam hidupku. Bisa dibilang kata-katanya penuh makna. Setidaknya, begitulah yang aku rasakan. Argumentasinya seolah tidak terbantahkan bagi seorang “aku” yang terkadang amat egois dan sukar menerima pendapat orang lain jika pendapat itu tanpa realitas dan fakta.

Kalau ada orang bilang aku menjadi seperti sekarang, ini karena dia, aku tidak akan menyangkal. Aku rela mengakui, she is my inspiration.

Meskipun demikian aku tidak akan menutup mata dan hati untuk yang lain yang munngkin memenuhi kualifikasi untuk menjadi inspirator yang ketiga, keempat, kelima… Bisa jadi salah satu dari mereka adalah soul mate-ku. Who knows? Jangan pernah merasa bersalah dan berhenti mencintai hanya karena hati kita terlambat pada orang yang “belum tepat”.

Sejujurnya, aku tidak cukup punya kekuatan untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan ini sampai aku membaca berulang-ulang “Sungguh menyakitkan mencintai seseorang tapi tidak dicintai olehnya, tapi akan lebih menyakitkan lagi jika kita tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan cinta yang kita rasakan.” Dengan satu harapan, semoga dia turut membaca. Tidak ada tendensi apa pun dalam kalimat-kalimat yang kurangkai ini, apalagi membuatnya berubah “rasa”. No… not at all. Aku mungkin bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa baginya. Tapi satu yang pasti, dia pernah berarti buat hidupku.

Waktu telah mengajariku untuk lebih bersikap dewasa, dan mencari tahu apa yang aku inginkan, yaitu menjadi seorang yang berani mengungkapkan rasa dan pikiran.

***
Catatan ini aku dapatkan di rubrik halaman tujuh belas suara merdeka edisi hari minggu, untuk tanggalnya aku lupa. Entah beberapa tahun yang lalu. Tapi dengan cacatan ini aku sangat menghargai sebuah perjuangan untuk mendapatkan sesuatu. Bahwa sesuatu yang kita inginkan, utamanya yang akan dinikmati bersama (berdua), dalam hal ini cinta, tidak mungkin jika hanya diperjuangkan sendiri atau satu pihak saja. Jadi, harus ada kerja sama untuk mendapatkannya.