Tuesday, January 27, 2009

Aku Ingin Melanjutkan Perjalanan Ini

Rasa lelah menghantui di saat usai perjalanan. Namun akankah lelah itu menghentikan langkah kita. Ya, berhenti bukan untuk selamanya. Karena perhentian ini hanyalah sementara. Seperti singgahnya sebuah bus di terminal-terminal yang dilaluinya.

Berhentilah sejenak, lalu ukur kembali kekuatan kita untuk melanjutkan perjalanan. Tentunya perjalanan yang telah tertempuh, dapat menjadi bahan perenungan. Berapa bayak bahan bakar yang diperlukan untuk satu perjalanan. Juga berapa banyak perkiraan bahan bakar yang akan diperlukan untuk perjalanan yang akan dilakukan. Sambil memeriksa ban, air radiator, bahkan mesin pun juga harus diganti oli, agar perjalanan selanjutnya akan lebih baik dari yang sebelumnya.
Ya, aku kini seperti sebuah bus yang sedang singgah di sebuah terminal. Mendinginkan mesin, sambil menanti penumpang yang akan ikut dalam perjalanan yang segera tertempuh. Selain menunggu teman yang akan menemani perjalanan berikutnya, bekal juga harus disiapkan untuk cadangan, kalau-kalau dibutuhkan.
Dari perjalanan yang telah terlewati, mungkin hampir separuh dari rute jarak yang telah ditetapkan. Dan selama itu pula, belum aku temukan teman perjalanan yang tepat, dan akan menemani perjalanan hingga akhir tujuan hidup ini.
Namun aku yakin, pasti akan ada satu yang menemani perjalanan ini. Entah kapan akan menyapa, dan di mana akan mulai menemaniku. Semoga setelah ini, segera aku menjumpainya, untuk menemani perjalananku. Karena aku sudah semakin lelah untuk berjalan sendiri. Aku butuh teman untuk berbagi selama di perjalanan. Aku butuh teman yang mengingatkan kalau-kalau aku salah dalam menentukan arah. Atau bahkan peta yang selama ini aku gunakan ternyata telah usang, dan harus segera diganti. Maka aku butuh teman yang bias membantu membaca peta, sekaligus menjadi navigator selama perjalanan ini.

Aku lelah berjalan sendiri,
tapi aku ingin melanjutkan perjalanan ini.
Aku ingin melanjutkan perjalanan
bersama orang yang tepat
dan di saat yang tepat.

Semoga perjalanan selanjutnya semakin indah dan penuh berkah.

Jepara, akhir januari ‘09



Wednesday, January 21, 2009

[Bertemu] Teman Lama

untuk teman lama yang sedang mewujudkan rangkaian mimpinya.

Beberapa waktu yang lalu, tanpa sengaja [meskipun bisa dibilang sengaja] aku iseng menghubung salah satu teman lamaku. Teman lama yang dulu sama-sama aktif di penerbitan mahasiswa, atau lebih dikenal dengan pers kampus. Ya…, di suatu sore, yang sebenarnya aku masih sibuk dengan pekerjaan yang harus aku selesaikan untuk deadline hari itu.

Waktu itu, karena komputer harus gantian, dan masih dipake’ temen, ya akhirnya aku iseng telfon-telfon temen. Biasa kalau lagi dapet gratisan emang sering [gangguin] telfon orang, teruama untuk yang sama-sama satu provider, he..he…

Aku kontak beberapa nomor, ee.. malah pada ga nyabung. Jadi tambah BeTe. Udah tugas belum selesai, komputer masih nunggu, ini mo cari temen ngobrol, malah ga connect-2. Meski sudah banyak kali telfon ga diangkat, atau di luar service area, atau nomor yang udah ga aktif-lah. Bikin tambah BeTe aja.

Tapi tanpa sengaja, terus aku searching di phonebook-ku, akhirnya aku ketemu dengan salah satu nomor dengan provider yang sama dengan yang aku gunakan. Satu nomor dengan nama puput_crds. Aku sempat berfikir sejenak, untuk meyakinkan akankah aku hubungi dia atau tidak. Karena sepengetahuanku, terakhir ketemu sekitar [mungkin] satu setengah tahun yang lalu [jadi keinget pertemuan yang sangat singkat tapi sangat berkesan (buat ku) itu], dia bekerja di salah satu koran nasional . Dan sebagai teman yang juga pernah aktif di pers kampus, aku tau pekerjaan dan deadline sebagai wartawan koran. Tapi entah keinginan dari mana yang meyakinkan ku untuk menghubunginya.

Begitu panggilan pertama masuk [aku semakin yakin dia bukan orang sembarangan. Seperti orang sekarang yang sering ganti-2 nomor]. Aku menunggu, satu kali panggilan, dua kali panggilan, belum juga diangkat. Dan panggilan ke tiga, terdengar suara menyapa dengan sangat santun dan formal. “Halo, selamat sore.” Ucapnya. [yang mungkin dilakukan kepada setiap telfon yang masuk]

“Ya, selamat sore. Benar ini dengan mbak Puput?” jawabku sambil iseng menanyakan namanya.

“Iya, maaf ini dengan siapa ya?” jawabnya balik bertanya.

Setelah terjadi beberapa percakapan, akhirnya aku mengingatkannya dengan dunia pers kampus dan ku katakan dimana aku dulu kuliah dan berproses kreatif di majalah kampus. Setalah dia ingat betul siapa aku, tawa-nya pun pecah seperti dulu waktu masih sering lembur di LPM [tak seperti kalimat pertama saat menjawab telfon]. Yach, keakraban kembali terjalin.

Dalam perbincangan jarak jauh itu, dia banyak tanya dengan keadaanku sekarang. Termasuk kerja di mana. Sebuah pertanyaan yang seolah wajib ditanyakan, bagi keanalan sekolah atau kuliah dan lama tidak ketemu. Dari cerita-2 yang tersampaikan, ternyata dia sudah tidak lagi kerja menjadi wartawan koran. Dan dia cerita tiga bulan ini, dia sudah pindah ke Jakarta. Intinya dia bekerja di salah satu media hiburan elektronik .

Percakapan pun terus mengalir seiring kabar yang lama tak terdengar. Saling menanyakan kabar. Menanyakan pekerjaan, hingga gaji. dan akhirnya ada sedikit rasa sayang dengan pekerjaan yang kujalani. Dengan salary yang kuterima. Memang jauh berbeda dengan ketika bekerja di tempat lain.

Sayang perbincangan menarik itu harus terputus, karena aku harus segera menyelesaikan berita yang segera tayang. Namun dari sesuatu yang singkat itu, ternyata dia masih mengenalku seperti aku yang dulu, katanya. Entah dari mana penilaian itu. Dia bilang “Kamu kok masih tetap seperti dulu?” Dari puisi-pusi yang ada di blog ini, katanya cinta yang aku tuliskan masih menggambarkan sebuah perasaan cinta[ku] pada sosok wanita. Dan dengan sedikit bercanda kujawab, “Ya mungkin karena belum ketemu, cinta yang mau menjadi pendamping hidup.” Jawaban yang asal dan dengan niat becanda memecahkan tawa kita berdua.

Dua hari berikutnya, aku kembali melihat blog-ku, ya… benar juga dia meninggalkan comment di blog-ku. Akhirnya-pun kulihat juga blog miliknya. Beralamat di duniapembelajar . Memang tulisan-tulisannya sedikit panjang. Tapi sejatinya bertemakan sesuatu yang sederhana. Ya… salah satunya adalah “Menata Puzzel Mimpi”. Sebuah tulisan yang mendorong ku untuk meninggalkan comment di sana (yang juga aku post di blog ini).

Pertemuan teman lama yang [tanpa] sengaja, semoga akan menjadi ikatan persahabatan ini kian kuat. Untuk berbagi “informasi” hidup masing-masing, juga sambil membagi mimpi, untuk saling mengingatkan dalam mewujudkan mimpi masing-masing.


Jakarta, akankah aku menyusulmu ke sana…
Semoga ada mimpi yang lebih indah di sana…

jepara, 18 januari '09

Hujan Yang Manis

cuma beberapa tetes saja
langit menangis,

dan …

belum menjadi gerimis

dan …

apalagi hujan yang manis,

padahal mata air cinta dan imanku
sudah hampir mengering

dan habis

terkikis


=========
* Sebuah pesan dari teman, 6 bulan yang lalu tepat saat perjalanan ditemani hujan yang mengguyur deras. Terima kasih kawan, semoga inspirasi terus mengalir seperti mata air cinta-mu kepada-Nya.

Tuesday, January 20, 2009

[sebuah] Comment

Bermimpi, banyak yang bilang “jangan bermimpi di siang bolong” untuk sesuatu yang sepertinya sulit untuk kita capai saat ini. Padahal keinginan dan harapan itulah yang menjadikan kita akan menjalani masa depan dengan satu haluan yang jelas.

Kenapa aku sampai terdampar di dunia radio? Itu adalah salah satu mimpi yang pernah ku rangkai saat masih mengerjakan majalah kampus dulu. Dan kini aku benar-benar menjalaninya. Dan mimpi-mimpi terus kubangun. Tak peduli kapan mimpi itu akan kuwujudkan, atau diwujudkan oleh-Nya.

Dan untuk mimpi yang saat ini tlah ku gantungkan jelas, tak jauh berbeda dengan mimpi-mimpimu, mimpi tentang sebuah perpustakaan di rumah sendiri, mimpi tentang sebuah keluarga yang akan kujalani dengan seseorang yang menyempurnakan hidupku, yang di dalamnya akan kubangun mimpi-mimpi baru setiap hari, dan satu mimpi besar untuk terus berproses kreatif dalam dunia sastra.


* Sebuah comment yang ku tinggalkan di blog teman[lama]ku. Dan ternyata menjadikanku kembali bergairah untuk menulis.

Friday, January 09, 2009

Berjalan Sendiri

rinai yang tercurah
tak lagi semerdu nyanyian senja
karena rintiknya kini
telah menjelma menjadi badai
membekukan setiap nafas
yang kini tak mampu hangatkan jiwa
aku ingin cinta tuk hangatkan perjalanan ini…

jepara, 9 januari ‘09

---------
catatan saat perjalanan ditemani guyuran hujan,
sepi dan kedinginan,,