Friday, February 26, 2010

KarenaMu…

Sebelumnya tak pernah mengira akan dapat kiriman sebuah puisi darinya. Tapi pada hari senin 8 februari lalu, aku mendapat sebuah puisi telah nangkring di inbox-ku. Kulihat di subjectnya tertulis KarenaMu. "KarenaMu" sebuah judul yang menandakan bahwa tak ingin karena yang lain. dan hanya KarenaMu.

Saat kubuka email di body email tertulis:
"Asalamu'alaikum

Afwan jika puisinya gak sesuai dengan kaidah bikin puisi yg benar.... maklum sebagai "pemula".........tapi ini bikinan aku sendiri kok....

Asalamu'alaikum"

Subhanallah... tak tau harus bicara apa, tapi ini adalah sebuah usaha untuk menculis puisi. Dan inilah puisi yang telah ditulisnya itu..

KarenaMu…

Aku tak mengerti apa yang aku alami.
Rasa rindu ini datang tanpa aku undang
dia datang tiba – tiba tanpa permisi..
Ampuni aku ya Rabb….
Jika perasaan ini bukan karenaMu…

Aku ingin mencintainya karenaMu…
Merindukannya juga karenaMu..
Jika aku ingin memilikinya juga karenaMu
Jika dia ada dihatiku juga karenaMu
Jika dia bersamaku juga karenaMu…

Jepara, Januari 2010


Subhanallah.., aku benar-benar tak bisa bicara apa-apa. Hanya bisa berharap bahwa puisi ini adalah sebuah pengungkapan dari relung hatinya yang terdalam. Amien.

Tuesday, February 23, 2010

Hujan, Petani dan Penguasa

aku adalah petani
aku adalah petani yang menggarap sepetak sawah peninggalan orang tuaku
petak sawahku, tak selalu menghasilkan
karena hanya mengandalkan air hujan untuk menanaminya.

bulan desember,
bulan yang seharusnya hujan telah membasahi bumi dan tanah,
dimana sawah kutanami padi dan beberapa jenis palawija
desember, gede-gede-ne sumber, kata orang tua dulu
tapi kini, dimanakah hujan
kemanakah perginya awan yang mengantarkan curahan hujan
dimanakah hujan
hujan yang sangat ku nantikan,
untuk menanam sebutir padi
guna menyambung hidup keluargaku

bulan berganti, januari,
sawahku tlah ku tanami dengan benih seadanya
januari, hujan mulai mengguyur tanpa henti
januari, hujan sehari-hari
dengan mencurahkan segala jenis air yang terkumpul dalam gumpalam awan
air laut, air sungai, air danau, air got, air comberan
bahkan keringat dan air mata para petani yang menebar benih-benih harapan

hujan, kau kah itu
yang tlah menenggelamkan padi yang baru aku tanam
seolah kau hempaskan segala mimpi dan harapan
inikah caramu untuk menjawab doaku bulan lalu
inikah caramu menjadi perantara turunnya rahmat tuhan bagi seluruh alam
tapi, kenapa harus kau tenggelamkan sawah dan tanaman padiku

hujan,
sebulan lalu aku merindukanmu
untuk menggarap sawahku
tapi kini, kau telah menenggelamkan sawah dan tanaman padiku
padi yang baru saja aku semaikan

kini aku benar-benar mengharapkan matahari
karena para pejabat, hanya pandai berceramah
kita akan bantu sawah yang kebanjiran
kita akan bantu dengan benih yang bermutu
mereka juga mengatakan, bahwa kita akan swasembada beras
kita akan swasembada pangan
aku tersenyum kecut mendengar ocehannya
coba saja kau tanami sawah-sawah dan kau wujudkan swasembada pangan
coba saja,
kalau kami para petani tlah enggan tuk kembali menanam
coba saja kau wujudkan
batinku

Jepara, 1 Februari 2010



Monday, February 08, 2010

Responsible

Awalnya tidak ada niat serius untuk mendapatkan sesuatu, kecuali ingin menyapa teman dan mengintrospeksi diri. Ya, introspeksi diri. Beberapa hari yang lalu aku mengirim sms kepada tiga teman dengan isi pesan sama. Sebuah penggalan puisi yang sebelumnya sudah aku posting di catatan ini.

”Lagi, lagi dan lagi/ aku mengulang kesalahan yang sama/ dosa yang tlah lama kusadari/ lagi dan lagi...” tulisku dalam sms itu. Pesan ini aku kirim ke tiga nomor berbeda, semuanya teman baik buatku.

Tak berselang lama aku dapat jawaban. Jawaban pertama aku terima, disana tertulis; Have soomebody told u that u r stupid? “Tak ada yang salah dengan kesalahan kecuali kita tidak berusaha memperbaikinya” Sebuah pesan yang penuh arti. Menjadi nasehat buat siapa saja. Bahkan balasan itu diawali dengan sebuah tamparan keras, ”Have soomebody told u that u r stupid?” Memang selama ini belum ada seorangpun yang mengatkaan itu (bodoh) kepadaku. Karena tidak banyak, jika tidak mau mengatakan tidak ada yang tau apa yang sebenarnya terjadi pada diriku.

Pesan ini sebenarnya sudah cukup menjadi tamparan keras bagiku untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Karena benar apa yang dikatakannya, “Tak ada yang salah dengan kesalahan kecuali kita tidak berusaha memperbaikinya” Kenapa aku belum bisa memperbaiki sebuah kesalahan yang sudah lama aku sadari dan ketahui. Mungkin memang perlu ada seseorang yang mengakakan bahwa aku ini sangatlah bodoh. Agar aku bisa untuk meninggalkan kesalahan-kesalahan yang ada. Tentunya juga untuk selalu mengingatkan aku.

Tak berselang lama, balasan sms kedua aku terima. ”Kenapa to, ada apa gerangan masku ini. Cerita ge!” tulisnya dalam pesan itu. Sebuah pesan yang mencerminkan perhatian seorang adik kepada kakaknya.

Yach, itu adalah pertanyaan yang mencerminkan sebuah perhatian lebihnya. Karena sebelumnya aku sudah pernah mengirimkan sms penggalan puisi itu dalam format yang belum sempurna (format puisi setengah matang). Mungkin karena hal itu, sehingga menjadikannya merasa perlu untuk menanyakan, apa gerangan yang membuatku menuliskan kembali penggalan puisi itu kepadanya.

Balasan sms terakhir aku terima. Dia tuliskan begini; ”Apa kau pikir dia tidak berbuat kesalahan.. aku rasa dia berbuat.. yaitu .. dia minta kamu memahami dia.. tapi dia tidak berusaha untuk memahami kamu.. itu kesalahan dia” Wouw, aku sangat terkejut dengan jawaban sms ini. Karena aku tak habis pikir, kenapa harus sampai menyalahkan orang lain. Padahal sebelumnya puisi itu hanya untuk introspeksi, kenapa harus sampai pada orang lain, bahkan menyalahkan orang lain. Benar-benar diluar dugaan.

Dari ketiga balasan itu, aku hanya sampaikan terima kasih, meski tak sempat aku membalas pesan masing-masing. Secara keseluruhan aku bersyukur banget, karena ada banyak orang yang perhatian dengan aku. Selain di facebook yang memberikan komentar dalam puisiku, juga banyak orang yang sangat responsive dengan apa yang aku rasakan.

Dengan tulisan ini, bukan berarti tidak ada teman atau saudara disekitar yang memberikan perhatian. Karena aku yakin kunci dari semuanya adalah komunikasi yang efektif. Karena semua perhatian dan kepedulian yang aku dapatkan tersebut juga dengan sebuah komunikasi yang aku bangun sejak lama. Sehingga mungkin perlu bagi kita untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan siapa saja, agar kita memiliki banyak saudara yang akan mendukung dan memberikan suport kepada kita. Baik disaat sedih maupun senang. Agar ada orang yang menguatkan disaat kita terpuruk untuk segera bangkit kembali. Semoga.