Wednesday, January 21, 2009

[Bertemu] Teman Lama

untuk teman lama yang sedang mewujudkan rangkaian mimpinya.

Beberapa waktu yang lalu, tanpa sengaja [meskipun bisa dibilang sengaja] aku iseng menghubung salah satu teman lamaku. Teman lama yang dulu sama-sama aktif di penerbitan mahasiswa, atau lebih dikenal dengan pers kampus. Ya…, di suatu sore, yang sebenarnya aku masih sibuk dengan pekerjaan yang harus aku selesaikan untuk deadline hari itu.

Waktu itu, karena komputer harus gantian, dan masih dipake’ temen, ya akhirnya aku iseng telfon-telfon temen. Biasa kalau lagi dapet gratisan emang sering [gangguin] telfon orang, teruama untuk yang sama-sama satu provider, he..he…

Aku kontak beberapa nomor, ee.. malah pada ga nyabung. Jadi tambah BeTe. Udah tugas belum selesai, komputer masih nunggu, ini mo cari temen ngobrol, malah ga connect-2. Meski sudah banyak kali telfon ga diangkat, atau di luar service area, atau nomor yang udah ga aktif-lah. Bikin tambah BeTe aja.

Tapi tanpa sengaja, terus aku searching di phonebook-ku, akhirnya aku ketemu dengan salah satu nomor dengan provider yang sama dengan yang aku gunakan. Satu nomor dengan nama puput_crds. Aku sempat berfikir sejenak, untuk meyakinkan akankah aku hubungi dia atau tidak. Karena sepengetahuanku, terakhir ketemu sekitar [mungkin] satu setengah tahun yang lalu [jadi keinget pertemuan yang sangat singkat tapi sangat berkesan (buat ku) itu], dia bekerja di salah satu koran nasional . Dan sebagai teman yang juga pernah aktif di pers kampus, aku tau pekerjaan dan deadline sebagai wartawan koran. Tapi entah keinginan dari mana yang meyakinkan ku untuk menghubunginya.

Begitu panggilan pertama masuk [aku semakin yakin dia bukan orang sembarangan. Seperti orang sekarang yang sering ganti-2 nomor]. Aku menunggu, satu kali panggilan, dua kali panggilan, belum juga diangkat. Dan panggilan ke tiga, terdengar suara menyapa dengan sangat santun dan formal. “Halo, selamat sore.” Ucapnya. [yang mungkin dilakukan kepada setiap telfon yang masuk]

“Ya, selamat sore. Benar ini dengan mbak Puput?” jawabku sambil iseng menanyakan namanya.

“Iya, maaf ini dengan siapa ya?” jawabnya balik bertanya.

Setelah terjadi beberapa percakapan, akhirnya aku mengingatkannya dengan dunia pers kampus dan ku katakan dimana aku dulu kuliah dan berproses kreatif di majalah kampus. Setalah dia ingat betul siapa aku, tawa-nya pun pecah seperti dulu waktu masih sering lembur di LPM [tak seperti kalimat pertama saat menjawab telfon]. Yach, keakraban kembali terjalin.

Dalam perbincangan jarak jauh itu, dia banyak tanya dengan keadaanku sekarang. Termasuk kerja di mana. Sebuah pertanyaan yang seolah wajib ditanyakan, bagi keanalan sekolah atau kuliah dan lama tidak ketemu. Dari cerita-2 yang tersampaikan, ternyata dia sudah tidak lagi kerja menjadi wartawan koran. Dan dia cerita tiga bulan ini, dia sudah pindah ke Jakarta. Intinya dia bekerja di salah satu media hiburan elektronik .

Percakapan pun terus mengalir seiring kabar yang lama tak terdengar. Saling menanyakan kabar. Menanyakan pekerjaan, hingga gaji. dan akhirnya ada sedikit rasa sayang dengan pekerjaan yang kujalani. Dengan salary yang kuterima. Memang jauh berbeda dengan ketika bekerja di tempat lain.

Sayang perbincangan menarik itu harus terputus, karena aku harus segera menyelesaikan berita yang segera tayang. Namun dari sesuatu yang singkat itu, ternyata dia masih mengenalku seperti aku yang dulu, katanya. Entah dari mana penilaian itu. Dia bilang “Kamu kok masih tetap seperti dulu?” Dari puisi-pusi yang ada di blog ini, katanya cinta yang aku tuliskan masih menggambarkan sebuah perasaan cinta[ku] pada sosok wanita. Dan dengan sedikit bercanda kujawab, “Ya mungkin karena belum ketemu, cinta yang mau menjadi pendamping hidup.” Jawaban yang asal dan dengan niat becanda memecahkan tawa kita berdua.

Dua hari berikutnya, aku kembali melihat blog-ku, ya… benar juga dia meninggalkan comment di blog-ku. Akhirnya-pun kulihat juga blog miliknya. Beralamat di duniapembelajar . Memang tulisan-tulisannya sedikit panjang. Tapi sejatinya bertemakan sesuatu yang sederhana. Ya… salah satunya adalah “Menata Puzzel Mimpi”. Sebuah tulisan yang mendorong ku untuk meninggalkan comment di sana (yang juga aku post di blog ini).

Pertemuan teman lama yang [tanpa] sengaja, semoga akan menjadi ikatan persahabatan ini kian kuat. Untuk berbagi “informasi” hidup masing-masing, juga sambil membagi mimpi, untuk saling mengingatkan dalam mewujudkan mimpi masing-masing.


Jakarta, akankah aku menyusulmu ke sana…
Semoga ada mimpi yang lebih indah di sana…

jepara, 18 januari '09

2 comments:

Anonymous said...

Biasa sajalah kawan, karena aku orang biasa....

Anonymous said...

Biasa sajalah kawan, karena aku orang biasa :).