Tuesday, September 12, 2017

Puisi Dadang Ari Murtono



Puisi-puisi Dadang Ari Murtono ini dimuat di Harian Suara Merdeka edisi Minggu 3 September 2017


murdaningrum


ia tugur untuk lelaki itu
semenjak pulau masih muda
dan dewa-dewa gemar menabur manik mani disembarang benda

ia tahu telaki itu tahu
ini memang takdir  yang bocor,” gumamnya

maka disiapkannya sepuluh pintu
sebentang telaga dengan bidadari yang dikutuk menjadi tua
juga sebuah tebakan sedarhana
tentang kelam yang bukan malam
tentang terang yang bukan siang

lelaki itu akan tiba
dari koripan; tumpukan sampah yang terbawa angin,
dengan baju dikoyak ranting
lelaki itu akan menempuh jalan menuju matahari mati

namaku banjaransari
dan aku hampir gila mencarimu”

perempuan itu tertawa
ía tahu lelaki itu berdusta

ia pura-pura tak mengerti
ada, memang, yang lebih baik begitu

sesungguhnya aku yang gila menunggum”



patih setama


telah ia ikuti raja yang kekurangan hamba itu
dan ia gutatkan mata pedang ke pohon dan padas
seperti rnanusia pertama
yang membagi nama-nama

seseorang, satu dan 300 anggota rombongan
mula-mula yang ia bawa, bergumam, “ía yang membelah hutan
ia yang membangun kampung-kampung,
ia yang mendatangkan para penghuni awal

dan kenapa bukan kepadanya kita berbaiat?”

malam itu
langit rendah
dan sang raja bermimpi
tentang sepasang meriam

keesokan paginya
Ia minta sang patih untuk mencari

hamba tak tahu mesti mulai dari mana,” ia keberatan
tapi titah adalah titah

ia pergi
dan 40 hari kernudian
ia ubah dirinya sendri
juga diri istrinya
jadi sepasang meriam

“ki patih, ki patih,
sampai sebatas apa kesetiaan seorang hamba sebenarnya?

ia tak lagi mampu mendengar pertanyaan itu



banjaransari


ia tidak berkata “tak ada lagi’
ketika jalan sampai ke penghabisan
dan seekor semut terlindas
dan cuaca berubah ungu

ia memikirkan arti hutan yang tak tejamah
puisi yang seperti sia-sia
lelaki yang terus menulis
juga sepasang beringin kembar penuh hantu

ia menunggu
ia tahu, apa yang tampak tak ada
hanyalah apa yang belum ia paharni


nyi setomi


istirahatlah nyi, dalam
badan badam besi

setetah ini para lelaki akan menghamili
benda mati, para perempuan bercinta
dengan binatang, langit merendah, bumi
meninggi, dan seseorang menulis sebait
puisi penuh bisa yang akan membunuh
dirinya sendiri

istirahatiati nyi
dunia tidak akan sama lagi
cinta tak tebih kata lain bagi
sakit dan khianat
dan kita barangkali tak lagi
menemukan alasan untuk bahagia

 ***


* Dadang An Murtono, lahir dan tinggal di Mojoketto, Jawa Timur. Buku ceritanya yang sudah terbit Wisata Buang Cinta (2013) dan Adakah Bagian dari Cinta yang Belum Pernah Menyakitirnu (2015). Buku puisinya Ludruk Kedua (2016) Saat ini bekerja penuh waktu sebagai penulis dan terilbat dalam kelompok suka jalan.

No comments: