Tuesday, February 23, 2010

Hujan, Petani dan Penguasa

aku adalah petani
aku adalah petani yang menggarap sepetak sawah peninggalan orang tuaku
petak sawahku, tak selalu menghasilkan
karena hanya mengandalkan air hujan untuk menanaminya.

bulan desember,
bulan yang seharusnya hujan telah membasahi bumi dan tanah,
dimana sawah kutanami padi dan beberapa jenis palawija
desember, gede-gede-ne sumber, kata orang tua dulu
tapi kini, dimanakah hujan
kemanakah perginya awan yang mengantarkan curahan hujan
dimanakah hujan
hujan yang sangat ku nantikan,
untuk menanam sebutir padi
guna menyambung hidup keluargaku

bulan berganti, januari,
sawahku tlah ku tanami dengan benih seadanya
januari, hujan mulai mengguyur tanpa henti
januari, hujan sehari-hari
dengan mencurahkan segala jenis air yang terkumpul dalam gumpalam awan
air laut, air sungai, air danau, air got, air comberan
bahkan keringat dan air mata para petani yang menebar benih-benih harapan

hujan, kau kah itu
yang tlah menenggelamkan padi yang baru aku tanam
seolah kau hempaskan segala mimpi dan harapan
inikah caramu untuk menjawab doaku bulan lalu
inikah caramu menjadi perantara turunnya rahmat tuhan bagi seluruh alam
tapi, kenapa harus kau tenggelamkan sawah dan tanaman padiku

hujan,
sebulan lalu aku merindukanmu
untuk menggarap sawahku
tapi kini, kau telah menenggelamkan sawah dan tanaman padiku
padi yang baru saja aku semaikan

kini aku benar-benar mengharapkan matahari
karena para pejabat, hanya pandai berceramah
kita akan bantu sawah yang kebanjiran
kita akan bantu dengan benih yang bermutu
mereka juga mengatakan, bahwa kita akan swasembada beras
kita akan swasembada pangan
aku tersenyum kecut mendengar ocehannya
coba saja kau tanami sawah-sawah dan kau wujudkan swasembada pangan
coba saja,
kalau kami para petani tlah enggan tuk kembali menanam
coba saja kau wujudkan
batinku

Jepara, 1 Februari 2010



No comments: