Monday, February 08, 2010

Responsible

Awalnya tidak ada niat serius untuk mendapatkan sesuatu, kecuali ingin menyapa teman dan mengintrospeksi diri. Ya, introspeksi diri. Beberapa hari yang lalu aku mengirim sms kepada tiga teman dengan isi pesan sama. Sebuah penggalan puisi yang sebelumnya sudah aku posting di catatan ini.

”Lagi, lagi dan lagi/ aku mengulang kesalahan yang sama/ dosa yang tlah lama kusadari/ lagi dan lagi...” tulisku dalam sms itu. Pesan ini aku kirim ke tiga nomor berbeda, semuanya teman baik buatku.

Tak berselang lama aku dapat jawaban. Jawaban pertama aku terima, disana tertulis; Have soomebody told u that u r stupid? “Tak ada yang salah dengan kesalahan kecuali kita tidak berusaha memperbaikinya” Sebuah pesan yang penuh arti. Menjadi nasehat buat siapa saja. Bahkan balasan itu diawali dengan sebuah tamparan keras, ”Have soomebody told u that u r stupid?” Memang selama ini belum ada seorangpun yang mengatkaan itu (bodoh) kepadaku. Karena tidak banyak, jika tidak mau mengatakan tidak ada yang tau apa yang sebenarnya terjadi pada diriku.

Pesan ini sebenarnya sudah cukup menjadi tamparan keras bagiku untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Karena benar apa yang dikatakannya, “Tak ada yang salah dengan kesalahan kecuali kita tidak berusaha memperbaikinya” Kenapa aku belum bisa memperbaiki sebuah kesalahan yang sudah lama aku sadari dan ketahui. Mungkin memang perlu ada seseorang yang mengakakan bahwa aku ini sangatlah bodoh. Agar aku bisa untuk meninggalkan kesalahan-kesalahan yang ada. Tentunya juga untuk selalu mengingatkan aku.

Tak berselang lama, balasan sms kedua aku terima. ”Kenapa to, ada apa gerangan masku ini. Cerita ge!” tulisnya dalam pesan itu. Sebuah pesan yang mencerminkan perhatian seorang adik kepada kakaknya.

Yach, itu adalah pertanyaan yang mencerminkan sebuah perhatian lebihnya. Karena sebelumnya aku sudah pernah mengirimkan sms penggalan puisi itu dalam format yang belum sempurna (format puisi setengah matang). Mungkin karena hal itu, sehingga menjadikannya merasa perlu untuk menanyakan, apa gerangan yang membuatku menuliskan kembali penggalan puisi itu kepadanya.

Balasan sms terakhir aku terima. Dia tuliskan begini; ”Apa kau pikir dia tidak berbuat kesalahan.. aku rasa dia berbuat.. yaitu .. dia minta kamu memahami dia.. tapi dia tidak berusaha untuk memahami kamu.. itu kesalahan dia” Wouw, aku sangat terkejut dengan jawaban sms ini. Karena aku tak habis pikir, kenapa harus sampai menyalahkan orang lain. Padahal sebelumnya puisi itu hanya untuk introspeksi, kenapa harus sampai pada orang lain, bahkan menyalahkan orang lain. Benar-benar diluar dugaan.

Dari ketiga balasan itu, aku hanya sampaikan terima kasih, meski tak sempat aku membalas pesan masing-masing. Secara keseluruhan aku bersyukur banget, karena ada banyak orang yang perhatian dengan aku. Selain di facebook yang memberikan komentar dalam puisiku, juga banyak orang yang sangat responsive dengan apa yang aku rasakan.

Dengan tulisan ini, bukan berarti tidak ada teman atau saudara disekitar yang memberikan perhatian. Karena aku yakin kunci dari semuanya adalah komunikasi yang efektif. Karena semua perhatian dan kepedulian yang aku dapatkan tersebut juga dengan sebuah komunikasi yang aku bangun sejak lama. Sehingga mungkin perlu bagi kita untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan siapa saja, agar kita memiliki banyak saudara yang akan mendukung dan memberikan suport kepada kita. Baik disaat sedih maupun senang. Agar ada orang yang menguatkan disaat kita terpuruk untuk segera bangkit kembali. Semoga.


No comments: