Thursday, March 04, 2010

Waktu Yang Kan Mengajariku

Adalah proses alami ketika rasa ketertarikan berubah jadi kagum. Seiring putaran waktu, tumbuh menjadi cinta yang mendalam. Tapi tidak selamanya serangkaian proses itu berakhir indah. Komitmen adalah kuncinya. Komitmen butuh dua hati untuk berbagi.

Jatuh cinta berjuta rasanya, tapi lebih seru ceritanya jika orang yang kita cintai, mencintai kita juga. Singkat kata break event point-lah. Jika salah satu pihak ternyata diam seribu bahasa, itu singgle fighter namanya. Karena to love is to be loved.

“Sungguh menyakitkan mencintai seseorang tapi tidak dicintai olehnya, tapi akan lebih menyakitkan lagi jika kita tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan cinta yang kita rasakan.”

Actually, that’s very simple words. Amazingly, sangat menyentuh nurani, bahkan memberi pencerahan dan kekuatan tersendiri.

It waste times and spaces. Yang ingin aku bagi adalah bagaimana cinta yang aku rasakan mengilhamiku untuk menjadi yang terbaik. Aku selalu ingin sehebat dia, menjadi yang terbaik di segala hal. Jika dia bisa, kenapa aku tidak? Aku percaya, if it is to be. It is up to me.

Ini adalah wujud optimisme yang aku wujudkan untuk menumbuhkan ekspektasi positif dalam hidupku. Bisa dibilang kata-katanya penuh makna. Setidaknya, begitulah yang aku rasakan. Argumentasinya seolah tidak terbantahkan bagi seorang “aku” yang terkadang amat egois dan sukar menerima pendapat orang lain jika pendapat itu tanpa realitas dan fakta.

Kalau ada orang bilang aku menjadi seperti sekarang, ini karena dia, aku tidak akan menyangkal. Aku rela mengakui, she is my inspiration.

Meskipun demikian aku tidak akan menutup mata dan hati untuk yang lain yang munngkin memenuhi kualifikasi untuk menjadi inspirator yang ketiga, keempat, kelima… Bisa jadi salah satu dari mereka adalah soul mate-ku. Who knows? Jangan pernah merasa bersalah dan berhenti mencintai hanya karena hati kita terlambat pada orang yang “belum tepat”.

Sejujurnya, aku tidak cukup punya kekuatan untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan ini sampai aku membaca berulang-ulang “Sungguh menyakitkan mencintai seseorang tapi tidak dicintai olehnya, tapi akan lebih menyakitkan lagi jika kita tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan cinta yang kita rasakan.” Dengan satu harapan, semoga dia turut membaca. Tidak ada tendensi apa pun dalam kalimat-kalimat yang kurangkai ini, apalagi membuatnya berubah “rasa”. No… not at all. Aku mungkin bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa baginya. Tapi satu yang pasti, dia pernah berarti buat hidupku.

Waktu telah mengajariku untuk lebih bersikap dewasa, dan mencari tahu apa yang aku inginkan, yaitu menjadi seorang yang berani mengungkapkan rasa dan pikiran.

***
Catatan ini aku dapatkan di rubrik halaman tujuh belas suara merdeka edisi hari minggu, untuk tanggalnya aku lupa. Entah beberapa tahun yang lalu. Tapi dengan cacatan ini aku sangat menghargai sebuah perjuangan untuk mendapatkan sesuatu. Bahwa sesuatu yang kita inginkan, utamanya yang akan dinikmati bersama (berdua), dalam hal ini cinta, tidak mungkin jika hanya diperjuangkan sendiri atau satu pihak saja. Jadi, harus ada kerja sama untuk mendapatkannya.


No comments: